Harga tembaga merangkak naik tersokong mulai meredanya perang dagang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga mulai merangkak sejak awal tahun ini. Setelah cukup terkoreksi pada tahun lalu, kini tembaga tumbuh di tengah meredanya kisruh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Mengutip Bloomberg pada Kamis (6/2) pukul 17.30 WIB harga tembaga dalam London Metal Exchange (LME) untuk kontrak pengiriman tiga bulanan berada di level US$ 6,279 per metrik ton, tertinggi di tahun ini . Angka ini naik 0,73% dibanding perdagangan sebelumnya yakni US$ 6,233 per metrik ton.

Bila dilihat dalam periode year to date (ytd) harga tembaga tumbuh 5,2% dari penutupan perdagangan tahun lalu (31/12) di kisaran harga US$ 5,965 per metrik ton. Tetapi, sempat anjlok di level US$ 5,736 per metrik ton.


Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping beberapa waktu lalu sempat membahas terkait keberlangsungan perang dagang. Meski belum mencapai keputusan yang mufakat, sinyal positif berakhrinya perang dagang di tahun ini telah menyebar.

“Pamor aset berisiko naik tak terkecuali bagi tembaga,” kata analis Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto kepada Kontan, Kamis (7/2). Ia menambahkan katalis lain berasal dari indeks dollar yang sedang dalam tren melemah.

Trump dalam pidatonya mengeluarkan statement yang cenderung dovish. Kondisi ekonomi AS yang belum sepenuhnya membaik, membuat The Fed main aman dengan suku bunga di level 2,25%-2,5%. Bahkan belum ada kabar The Fed sepertinya yakin menaikan suku bunga maksimal dua kali, bisa saja hanya sekali.

Namun secara fundamental, Chili sebagai salah satu produsen utama tembaga diperkirakan akan menaikkan produksi sebanyak 6 juta ton sampai dengan akhir kuartal I tahun ini. Ini setelah sebelumnya Chili melakukan hal sama pada Desember tahun lalu di kisaran 560.900 ton. Naik 4,3% dari produksi tambang Chli di bulan November.

Menurut Andri sentiment ini seharusnya sedikit mengoreksi harga tembaga. Tetapi, nampaknya sinyal positif perang dagang mampu menyokong harga tembaga di tengah produksi Chili yang tumbuh.

“Jika ke depan harga tembaga terus melambung jauh, hal ini dapat membawanya ke dalam tren bearish,” kata Andri. Menurutnya level psikologis tembaga yang rawan bearish berada di kisaran US$ 630.000-US$ 640.000 per metrik ton.

Andri menjelaskan ketika dollar AS berada dalam tren terkoreksi akan mengapresiasi harga komoditas. Terlebih bagi tembaga yang disebut-sebut “doctor metal sector” di mana memilki fungsi dalam sektor properti dan otomotif.

Jika perang dagang berakhir maka ekonomi China akan kembali tumbuh. Ini akan menguntungkan belahan dunia lainnya seperti Eropa yang mana sektor otomotifnya tersebar di pasar China. Pada akhirnya harga tembaga akan terangsang.

Mengamati dari pergerakkan teknikal indikator moving average (MA) 50, MA 10 mengindikasikan beli, tapi MA 200 mengindikasi jual. Indikator moving average convergance divergence (MACD) memperlihatkan arah beli di area 64,1. Indikator relative strength index (RSI) 14 di area 64,8 yang menunjukkan beli. Begitu juga dengan stochastic di area positif yakni 79.

Adapun kisaran pergerakkan tembaga untuk besok diramal akan berada di kisaran US$ 6,230-Us$ 6,280 per metrik ton. Sementara sepekan akan bergerak di US$ 6,200-US$ 6,300 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi