JAKARTA. Kontraksi yang terjadi di Negeri Tirai Bambu menjadi katalis negatif bagi harga tembaga. Hingga pengujung tahun 2015, harga komoditas ini diperkirakan kian menyusut akibat menguatnya dollar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Selasa (22/9) pukul 12.19 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terpeleset 0,6% menjadi US$ 5.236 per metrik ton ketimbang hari sebelumnya. Sepekan, harga tembaga meluncur 2,07%. Ibrahim, Pengamat Komoditas menjelaskan, ada beberapa faktor yang menekan harga tembaga. Pertama, antisipasi rilis data manufaktur China yakni Caixin Flash Manufacturing PMI per September 2015 yang diprediksi 47,6. Angka tersebut memang lebih baik ketimbang posisi bulan sebelumnya di level 47,3.
“Namun, prediksi data manufaktur China yang akan rilis besok masih di bawah level 50, masih kurang bagus. Akan mengakibatkan harga komoditas turun, termasuk tembaga,” katanya. Kedua, antisipasi rilis data manufaktur Eropa yakni Flash Manufacturing PMI per September 2015 yang tercatat 52,2, lebih rendah ketimbang pencapaian bulan sebelumnya di 52,3. Eropa merupakan konsumen tembaga terbesar kedua setelah China. Ketiga, rilis data penjualan rumah Amerika Serikat (Existing Home Sales) per Agustus 2015 yang mencapai 5,31 juta unit, lebih rendah ketimbang posisi bulan sebelumnya di 5,58 juta unit. Penurunan tersebut juga mencerminkan terkoreksinya permintaan tembaga sebagai salah satu bahan bangunan properti.