KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga melanjutkan tren penurunannya pada hari Rabu setelah data dari konsumen logam utama Tiongkok menunjukkan permintaan yang lemah. Selain itu ada lonjakan persediaan yang menunjukkan kelebihan pasokan. Harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 1,3% menjadi US$ 8.809,50 per metrik ton di awal perdagangan Rabu (7/8). Penurunan ini membalikkan kenaikan pada sesi sebelumnya. Harga tembaga di LME telah turun 21% sejak mencapai rekor tertinggi di atas US$ 11.100 per ton pada bulan Mei. Harga tembaga pun menyentuh level terlemah dalam empat setengah bulan pada hari Senin.
Data LME pada hari Rabu menunjukkan bahwa persediaan tembaga melonjak 17% dalam satu hari ke level tertinggi sejak September 2019, setelah meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua bulan terakhir. "Masih ada cerita bullish jangka panjang untuk tembaga, tetapi itu sudah pasti memudar dengan persediaan yang terus meningkat," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank di Kopenhagen kepada Reuters. Baca Juga: Penurunan Harga Tembaga Makin Dalam Karena Kekhawatiran Atas Potensi Perlambatan "Kita perlu suku bunga turun dengan sungguh-sungguh, sehingga menurunkan biaya pendanaan untuk menyimpan komoditas, dan kita perlu melihat fase de-leveraging ini berjalan sebagaimana mestinya," imbuh Hansen Indikator teknis berdasarkan penurunan dari puncak Mei menunjukkan bahwa target penurunan utama berikutnya adalah US$ 8.400, imbuh Hansen. Data dari Tiongkok menambah kekhawatiran investor karena impor tembaga mentah dan produknya turun 2,9% pada Juli dari tahun sebelumnya. Baca Juga: Grup MIND ID Optimis Raih Kinerja Optimal di Semester II-2024