KONTAN.CO.ID - Harga tembaga terus naik untuk hari keempat berturut-turut pada perdagangan Rabu (20/11), didukung oleh kondisi pasar yang lebih stabil setelah pernyataan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, yang meredakan kekhawatiran tentang ancaman nuklir. Namun, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) membatasi kenaikan harga logam ini. Melansir Reuters, harga tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,6% menjadi US$9.139 per ton dalam perdagangan resmi.
Baca Juga: China Mengakhiri Kebijakan Rebate Pajak Ekspor untuk Aluminium dan Tembaga Setelah pemilihan presiden AS yang dimenangkan oleh Donald Trump, harga tembaga sempat anjlok hampir 10% ke level terendah tiga bulan pada 14 November. Dipicu kekhawatiran atas rencana Trump untuk mengenakan tarif terhadap China, konsumen logam terbesar di dunia. "Semua dampak dari perdagangan Trump sudah dihargai di pasar. Saat ini pasar menunggu instalasi Trump sebagai presiden. Kita berada dalam periode menunggu," kata Tom Price, Head of Commodities Strategy di Panmure Liberum. Ketegangan Geopolitik Mereda Pasar yang sempat terguncang oleh berita peluncuran rudal ATACMS oleh Ukraina ke Rusia serta pengumuman Moskow menurunkan ambang batas untuk aksi nuklir, kembali stabil setelah Lavrov meredakan ancaman nuklir tersebut. Indeks saham global menguat seiring dengan meredanya ketegangan antara Rusia dan Barat, memberikan kepercayaan diri bagi para investor.
Baca Juga: Larangan Ekspor Konsentrat Tembaga Berlaku Tahun Depan, Begini Respons Emiten Tambang Kontrak tembaga Desember yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE) juga naik 0,7% menjadi 74.550 yuan (US$10.296,96) per ton. Namun, kenaikan harga tembaga dibatasi oleh indeks dolar yang lebih kuat, yang membuat logam berdenominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain. "Beberapa investor mulai masuk ke pasar setelah harga tembaga stabil dalam beberapa hari terakhir menyusul penurunan sebelumnya," ujar Kyle Rodda, Senior Financial Markets Analyst di Capital.com. Rodda juga mencatat bahwa kekhawatiran terhadap permintaan China masih menjadi perhatian utama, diperparah oleh ketidakpastian perang dagang dan minimnya stimulus dari pemerintah China untuk mendorong ekonomi. Logam lainnya di LME turut menguat, dengan aluminium naik 1% menjadi US$2.672 per ton, didorong oleh pengumuman China untuk menghapus pengembalian pajak ekspor sebesar 13% untuk beberapa produk aluminium mulai 1 Desember.
Baca Juga: Harga Tembaga Sentuh Level Terendah 2 Bulan Rabu (13/11), Terseret Sentimen Ini Harga nikel naik 1,4% menjadi US$16.085 per ton, seng bertambah 1% menjadi US$2.981, timbal meningkat 2% menjadi US$2.041, dan timah melonjak 1,5% menjadi US$29.300 per ton. Kenaikan harga logam-logam ini mencerminkan stabilisasi pasar setelah tekanan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto