Harga tembaga naik, analis tetap sarankan buy KBLI



KONTAN.CO.ID - Harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) mencapai US$ 6.835 per metrik ton di Sabtu (1/9), naik 0,69% dari hari sebelumnya. Harga ini juga menjadi harga tertinggi selama satu tahun terakhir. Kenaikan harga tembaga, menurut Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido hanya akan menjadi sentiment sesaat untuk KBLI. Saham emiten ini menarik bagi Kevin dilihat dari sisi volatilitasnya.

“Dari 6 saham saya condong ke KBLI, price earning (PE) nya kisaran 4 di harga sekarang. Secara fundamental dia kerjasama PLN sudah dari awal 2017 lalu, jadi gak terlalu berpengaruh,” ujarnya. Mencatat pendapatan yang baik, Kevin pasang target short time sekitar 600 untuk saham KBLI. “Karena turun, ya saranain hold jangan masuk dulu. Nanti masuk di area kisaran 480,” tambah Kevin. Sejalan, Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada melihat bahwa kinerja KBLI sangat baik di semester pertama 2017 dimana EPS mampu bertumbuh 55,55%.

Menurut dia, seharusnya kenaikan tersebut dapat terefleksi pada pergerakan sahamnya dimana seharusnya dapat berada di TP 625. Selain itu, Reza melihat adanya pengelolaan biaya perolehan bahan baku yang dapat diupayakan rendah. Hal ini cukup membantu KBLI dalam meningkatkan labanya. Dalam catatan Reza, biaya pembelian bahan baku KBLI hanya naik 9,46% di semester 1 2017. “Secara potensial upsize maka direkomendasikan beli. Namun demikian, dari kondisi riil di lapangan tentu antisipasi adanya penilaian negatif terhadap kenaikan tembaga dapat menurunkan kinerja KBLI,” ungkap Reza. Melirik emiten kabel lain, seperti KBLM, Reza melihat adanya konsdisi yang berbeada. EPS tercatat menurun yang dikarenakan lonjakan biaya pokok pendapatan.


Menurut dia, akun ini mengalami kenaikan karena lonjakan biaya perolehan bahan baku yang naik signifikan hingga 51%. “Pasti akan berimbas negatif hingga bottom linenya. Ruang untuk mencatatkan bottom line pun kecil kemungkinannya. Hold untuk KBLM dengan TP 260,” ujar Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina