Harga tembaga naik, emiten kabel tercekik



KONTAN.CO.ID - Harga tembaga kembali melesat setelah stok global menurun. Jumat (1/9) pekan lalu, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terangkat 0,69% jadi US$ 6.835 per metrik ton. Alhasil, dalam sepekan harga tembaga terbang 2,53%.

Posisi harga itu menjadi yang tertinggi sejak September 2014. Dan, kenaikan harga ini tentu jadi sentimen positif bagi perusahaan tembaga.

Tapi sebaliknya, keperkasaan harga tembaga membawa pengaruh yang negatif buat industri kabel. Maklum, tembaga adalah salah satu bahan baku pembuatan kabel.


Menurut Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, harga tembaga yang tinggi berpotensi mengerek beban pokok perusahaan kabel. Kenaikan harga tembaga jadi sentimen negatif buat beberapa perusahaan, salah satunya di bidang kabel, katanya, Kamis (31/8) pekan lalu.

Pada penutupan perdagangan Kamis (31/8), harga saham beberapa emiten kabel tertekan. Yakni, KMI Wire & Cable (KBLI), Supreme Cable Manufacturing Co (SCCO), dan Voksel Electric (VOKS).

Meski begitu, Kevin mengatakan, sejumlah perusahaan bisa mengatasi kenaikan harga tembaga ini. Terutama, yang sudah mengambil langkah antisipasi atas fluktuasi harga komoditas itu.

Contoh, KBLI. Mereka sudah mendirikan pabrik untuk menghasilkan tembaga. Jadi, tidak terlalu berpengaruh buat perusahaan yang sudah melakukan produksi tembaga sendiri, ungkap Kevin.

Beban ke pelanggan

Sejalan, Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, kenaikan harga tembaga akan menjadi perhatian buat emiten kabel. Soalnya, kenaikan harga tembaga bisa berimbas pada harga kontrak jual kabel dengan para pelanggan mereka.

Tapi, kontrak pembelian bahan baku tersebut terutama tembaga menggunakan kontrak jangka panjang, yang seharusnya tidak banyak terpengaruh dengan perubahan harga tembaga secara intraday, ungkap Reza.

Untuk mengatasinya, emiten kabel juga bisa membebankan biaya pembelian dan pengolahan tembaga kepada pelanggan. Dengan kata lain, harga yang diterima pelanggan merupakan total harga pembelian, pengolahan, dan margin yang diinginkan. Karena itu, Reza melihat prospek emiten kabel masih oke.

Kevin memprediksikan, kenaikan harga tembaga bakal berlangsung hingga akhir tahun 2017 nanti. Pada semester dua masih ada potensi penguatan tembaga, asalkan China masih menurunkan stok tembaga, ujarnya.

Walau mendapat katalis negatif, Kevin masih menyukai emiten kabel seperti KBLI. "Sebab, di harga saham saat ini, PE-nya masih di kisaran empat kali, dan KBLI sudah bekerjasama dengan PLN sejak awal tahun," kata dia.

Untuk saat ini, Kevin masih merekomendasikan tahan saham KLBI. Investor bisa masuk kembali saat harganya di area Rp 480 per saham.

Reza pun sepakat, saham KBLI masih layak koleksi. Mengingat, selama semester I 2017, biaya pembelian bahan baku emiten kabel tersebut hanya terkerek 9,46%.

Lantaran ada potensi naik, Reza merekomendasikan beli saham KLBI. "Namun demikian, dari kondisi riil di lapangan, tentu perlu antisipasi adanya penilaian negatif terhadap kenaikan tembaga yang bisa menurunkan kinerja KBLI, imbuh Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati