Harga tembaga tergerus penguatan dollar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas tembaga turun tajam setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan testimoni perdana pada Selasa malam. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) lebih dari tiga kali menguatkan dollar AS. Imbasnya, harga sejumlah komoditas berguguran.

Di antara komoditas logam industri, tembaga salah satu yang mencatatkan penurunan signifikan. Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (27/2) harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 1,27% ke level US$ 7.021 per metrik ton.

“Ada kekhawatiran Powell akan menaikkan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada tahun ini,” kata Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka kepada Kontan.co.id, Rabu.


Selama ini pasar hanya memperkirakan Powell akan melanjutkan kebijakan Yellen menaikkan suku bunga acuan tiga kali setiap tahun, tetapi dengan testimoni tersebut, bisa jadi suku bunga akan dinaikkan setiap kuartal. Kalau ini terjadi dollar AS akan semakin menguat dan harga komoditas menjadi semakin mahal bagi mata uang lainnya.

“Makanya pelaku pasar juga mulai melakukan aksi profit taking,” papar Ibrahim.

Penurunan hargan tembaga semakin diperparah oleh data manufaktur China yang dirilis lebih buruk dari perkiraan. Diperkirakan, indeks manufaktur bulan Februari turun tipis dari 51,3 menjadi 51,2. Realisasinya, indeks justru dirilis jatuh hingga level 50,3.

Menurut Ibrahim, data tersebut memicu kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di China melambat. Padahal selama ini China menyumbang separuh dari permintaan tembaga global atau sekitar 23,5 juta ton. Diperkirakan pada tahun ini permintaan tembaga China bisa tumbuh 3% dari tahun lalu.

Sejatinya tembaga mendapatkan dukungan dari langkah pemerintahan Presiden Trump yang menganggarkan belanja infrastruktur mencapai US$ 1,5 triliun, tetapi hal itu belum mampu menahan kejatuhan harga. Pasar tetap mencermati penguatan dollar AS dan sinyal kenaikan suku bunga secara bertahap.

“Pelaku pasar masih fokus ke suku bunga,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini