JAKARTA. Sinyal lesunya permintaan dari China mengikis harga tembaga. Maklum, negari ini merupakan pengguna terbesar logam untuk kebutuhan industri. Mengutip Bloomberg, Senin (27/10) pukul 16.13 waktu Tokyo, harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,34% menjadi US$ 6.667 per metrik ton (MT). Ini koreksi hari kedua, setelah akhir pekan lalu turun ke level US$ 6.690 per MT. Song Guoqing, anggota akademis Bank Sentral China, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan melambat pada kuartal keempat ini menjadi 7,2 %. Angka tersebut di bawah ekspektasi pertumbuhan tahun ini yang sebesar 7,5%. Bahkan, pertumbuhan ekonomi tahun depan diprediksi hanya 7,3%. "Prospek ekonomi China yang melambat menjadi kabar buruk bagi harga tembaga," ujar Kazuhiko Saito, analis Fujitomi Co, kepada Bloomberg, Senin (27/10). Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim, menyebut, pejabat pemerintah China pesimistis target pertumbuhan tahun ini bisa tercapai. Akibatnya, pasar tembaga ikut loyo. Apalagi, sinyal perlambatan ekonomi juga datang dari Eropa yang juga importir besar logam industri. "Di Eropa terdapat 25 bank yang tidak lulus uji kesehatan perbankan (stress test). Ini mengindikasikan tekanan ekonomi di Eropa masih sangat besar," jelas Ibrahim.
Harga tembaga terkikis lesunya permintaan
JAKARTA. Sinyal lesunya permintaan dari China mengikis harga tembaga. Maklum, negari ini merupakan pengguna terbesar logam untuk kebutuhan industri. Mengutip Bloomberg, Senin (27/10) pukul 16.13 waktu Tokyo, harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,34% menjadi US$ 6.667 per metrik ton (MT). Ini koreksi hari kedua, setelah akhir pekan lalu turun ke level US$ 6.690 per MT. Song Guoqing, anggota akademis Bank Sentral China, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan melambat pada kuartal keempat ini menjadi 7,2 %. Angka tersebut di bawah ekspektasi pertumbuhan tahun ini yang sebesar 7,5%. Bahkan, pertumbuhan ekonomi tahun depan diprediksi hanya 7,3%. "Prospek ekonomi China yang melambat menjadi kabar buruk bagi harga tembaga," ujar Kazuhiko Saito, analis Fujitomi Co, kepada Bloomberg, Senin (27/10). Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim, menyebut, pejabat pemerintah China pesimistis target pertumbuhan tahun ini bisa tercapai. Akibatnya, pasar tembaga ikut loyo. Apalagi, sinyal perlambatan ekonomi juga datang dari Eropa yang juga importir besar logam industri. "Di Eropa terdapat 25 bank yang tidak lulus uji kesehatan perbankan (stress test). Ini mengindikasikan tekanan ekonomi di Eropa masih sangat besar," jelas Ibrahim.