JAKARTA. Harga tembaga belum bertenaga. Penurunan harga masih berlanjut setelah menyentuh level terendah lima tahun di US$ 6.090 per metrik ton pada Jumat (9/1). Tekanan harga terus terjadi akibat spekulasi permintaan global yang menyusut. Mengutip Bloomberg, Senin (12/1) pukul 14.43 waktu Hong Kong, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot ke US$ 6.074 per metrik ton atau turun 0,26% dari penutupan pekan lalu. Harga tergerus 1,2% dalam sepekan. Loyonya harga tembaga di pasaran saat ini akibat pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, baik di 48 negara bagian Amerika Serikat (AS) maupun Jerman dan China. Negara-negara ini merupakan konsumen terbesar tembaga. Keadaan ekonomi global saat ini menekan permintaan untuk tembaga.
Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan, belum adanya kepastian akan stimulus yang digelontorkan China dan Eropa menegaskan situasi perekonomian global belum membaik. Apalagi, ditambah dengan data AS yang buruk. Menurutnya, data AS bisa mendongkrak harga komoditas jika terlihat perbaikan. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya karena data industri AS memburuk. Data stok grosir atau wholesale inventory AS November naik 0,8%, dari prediksi 0,4%. Ini menunjukkan aktivitas bisnis di AS belum sepenuhnya pulih. "Harga komoditas malah semakin terkapar,” kata Ibrahim.