Harga tembaga waspadai tarik menarik sentimen



JAKARTA. Harga tembaga memang terus catat kenaikan meski terbilang sempit jika dibandingkan performa komoditas lainnya. Penyebabnya datang dari tarik menarik sentimen di pasar global yang membalut komoditas logam industri ini.

Mengutip Bloomberg, Kamis (8/9) harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terangkat 0,30% di level US$ 4.664 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Bahkan dalam sepekan terakhir harga sudah terbang 0,73%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mengungkapkan ada beragam katalis positif yang memang masih cukup kuat untuk menyuntikkan tenaga bagi harga tembaga. Pertama, aksi protes yang dilakukan oleh dua serikat pekerja utama tambang di Chili. Hal ini dilakukan menyusul penolakan atas kenaikan upah yang dianggap terlalu kecil.


Aksi protes ini dilayangkan ke salah satu perusahaan tambang terbesar di Chili, Codelco. Efeknya, Codelco harus memberhentikan sementara aktivitas di tambang Salvador. Protes ini sendiri sudah memasuki hari ketiga dan jelas mengganggu proses produksi.

“Pada jangka panjang akan terasa akan ada pengurangan jumlah produksi yang mana ini pasti akan berimbas positif pada harga,” jelas Ibrahim.

Kedua masih belum pulihnya kekuatan dollar AS. Meski terbaru data klaim pengangguran mingguan AS menyempit namun jika berkaca secara keseluruhan performa data ekonomi AS belum memuaskan pasar. Apalagi optimisme pelaku pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed September 2016 mendatang semakin memudar.

“Sembari menanti kepastian The Fed, dollar AS akan cenderung berbalut tren negatif dan itu menguntungkan harga komoditas,” imbuh Ibrahim. Namun bukan berarti harga tembaga terlepas dari katalis negatif. Pasalnya, impor China, salah satu konsumen utama tembaga terbesar dunia catatkan penurunan.

Dari laporan China Customs, pembelian tembaga China Agustus 2016 turun 350.000 metrik ton dari bulan sebelumnya yang mencapai 360.000 metrik ton. Angka ini pun turun dari Agustus 2015 lalu yang mencapai 348.752 metrik ton. Sehingga pasar menyimpulkan permintaan tembaga masih lemah secara global dan jika ini terus berlanjut maka efeknya akan negatif bagi pergerakan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto