Harga Terus Melaju, Bayan (BYAN) Jadi Saham Dengan Market Caps Terbesar Ketiga di BEI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terus melaju. Pada perdagangan Selasa (20/12), saham BYAN melesat 15,19% ke level Rp 16.300. Sejak awal tahun alias secara year-to-date (YtD), saham emiten pertambangan batubara ini melesat 503,70%.

Peringkat BYAN di liga market caps pun melejit. Per Selasa (20/12), BYAN menduduki emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga dengan market caps Rp 543 triliun. BYAN berada di bawah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market caps Rp 1.047 triliun dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan market caps Rp 737 triliun  

Lalu, bagaimana pergerakan saham BYAN ke depan?


Baca Juga: Thiess Perpanjang Kontrak jangka Panjang di Tambang Melak milik Bayan Resources

Analis MNC Sekuritas melihat, pergerakan saham BYAN saat ini masih cenderung menguat dan sudah menembus area resistance di Rp 16.275 dengan peningkatan volume pembelian. Menurut Herditya, para pelaku pasar dapat melakukan speculative buy terlebih dahulu, dengan mencermati MACD dan Stochastic yang masih menunjukkan tanda-tanda penguatan.

Senada, analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai, dalam jangka pendek saham BYAN masih berpeluang melanjutkan tren kenaikan, dengan resistance terdekat ada di sekitar Rp 18.250. Akan tetapi, mendekati level psikologis di harga Rp 20.000, maka tidak menutup kemungkinan jika kemudian saham BYAN mengalami koreksi setelah kenaikan harga yang sangat tinggi.

“Kalau ada posisi maka tidak ada salahnya mulai merealisasikan sebagian keuntungan yang didapat. tetapi jika belum dan ingin masuk maka harus mengukur risiko yang dapat ditanggung apabila harga ternyata turun,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Selasa (20/12).

Ada support di level Rp 15.000 yang bisa menjadi patokan batas risiko. Selebihnya kembali pada pelaku pasar apakah akan melepas, bertahan, atau hendak membeli.

Baca Juga: Low Tuck Kwong Tambah Kepemilikan Saham di Bayan Resources (BYAN)

Ivan juga menekankan, investor tetap perlu memantau pergerakan harga komoditas batubara yang berpengaruh pula pada kinerja Bayan.

Sebagai gambaran,  emiten yang dinakhodai oleh Konglomerat Low Tuck Kwong ini mencetak kinerja moncer sepanjang Sembilan bulan pertama 2022. Bayan membukukan laba bersih US$ 1,62 miliar per akhir September 2022. Realisasi ini melesat 150,3% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 977 juta

Kenaikan laba bersih diiringi dengan kenaikan pendapatan. BYAN mencetak pendapatan hingga US$ 3,35 miliar, melesat 91,4% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,75 miliar.

Dalam presentasinya, manajemen Bayan menyebut kinerja keuangan Bayan per September 2022 sudah melebihi realisasi kinerja setahun penuh 2021.

“Harga batubara di pasaran tetap solid, dan saat ini diperkirakan akan berlanjut pada level yang tinggi sepanjang sisa tahun 2022,” tulis manajemen BYAN.

Baca Juga: Emiten Batubara Genjot Produksi Tahun 2023

Adapun BYAN mengincar kenaikan produksi tahun depan. Direktur BYAN, Russell John Neil mengungkapkan, BYAN mencanangkan produksi batubara di atas 45 juta ton di tahun 2023. Per akhir kuartal ketiga 2022, BYAN telah menjual 28,0 juta ton batubara.

Sebagai pembanding, BYAN mencanangkan rencana produksi dan volume penjualan batubara masing-masing sebesar 37 juta ton-39 juta ton batubara di sepanjang tahun 2022. Dengan rencana produksi dan  tersebut, BYAN mengincar pendapatan US$ 3,2 miliar-US$ 3,4 miliar dengan asumsi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) US$ 85 per ton-US$ 90 per ton.

Adapun realisasi harga  jual rata-rata Bayan per kuartal ketiga 2022 mencapai US$ 125,2 per ton. Realisasi ini lebih tinggi dari estimasi ASP yang dipasang manajemen, yakni di level US$ 60,8 per ton.

Namun, realisasi ASP di kuartal ketiga menurun dari ASP di kuartal kedua 2022, yakni mencapai US$ 127,9 per ton. Penurunan ASP ini disebabkan beberapa pengiriman dengan skema fixed price yang dinegosiasikan ulang.

Per akhir September 2022, BYAN telah merealisasikan belanja modal  senilai US$ 166,2 juta, lebih rendah dari capex yang dianggarkan, yakni US$ 218,1 juta. Rendahnya penyerapan capex dikarenakan lambatnya kemajuan fasilitas jalan angkut batubara baru di proyek Tabang sepanjang 100 km dan overland conveyor (OLC), yang disebabkan hujan lebat terutama di paruh pertama 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati