JAKARTA. Harga timah kemungkinan reli menembus US$ 28.000 per metrik ton akibat cuaca buruk yang mengganggu produksi timah di Indonesia, negara eksportir timah terbesar di dunia. Apalagi, buruknya cuaca ini diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun 2011. Peningkatan harga ini terang saja akan menyurung revenue produsen timah dan meningkatkan pembayaran royalti untuk pemerintah. Timah merupakan komoditi metal dengan kinerja terbaik tahun ini, dan telah meningkat sekitar 56% ditengah spekulasi bahwa gangguan suplai dari China dan Indonesia akan memangkas persediaan timah global. Hari ini, timah diperdagangkan di level US$ 26.790 per di London Metal Exchange, level yang paling tinggi dari yang pernah ada. Venture Minerals Ltd., yang tengah membangun pertusahaan pertambangan di Tasmania, menegaskan, tipisnya suplai timah di pasar global ini kemungkinan akan berlanjut hingga lima tahun ke depan. "Harga timah akan terus menanjak seiring dengan cuaca yang buruk akan mengganggu produksi dan diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun depan," kata Sekretaris Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi Kementerian ESDM Witoro S Soelarno, Rabu (6/10). Witoro memperkirakan, produksi timah dari Indonesia kemungkinan akan anjlok sekitar 20% menjadi 85.000 ton karena curah hujan yang ekstrim. Timah merupakan komoditi metal pertama yang menembus rekor sejak krisis finansial di tahun 2008; melampaui tembaga, nikel dan zinc. Metal ini, yang jamak digunakan untuk solder dan kemasan, menyentuh rekor terendahnya di level US$ 9.700 per ton pada bulan Desember lalu seiring dengan permintaan yang anjlok. Hari ini, harga kontrak timah naik sebesar 3,3%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga timah berpotensi tembus US$ 28.000 per ton
JAKARTA. Harga timah kemungkinan reli menembus US$ 28.000 per metrik ton akibat cuaca buruk yang mengganggu produksi timah di Indonesia, negara eksportir timah terbesar di dunia. Apalagi, buruknya cuaca ini diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun 2011. Peningkatan harga ini terang saja akan menyurung revenue produsen timah dan meningkatkan pembayaran royalti untuk pemerintah. Timah merupakan komoditi metal dengan kinerja terbaik tahun ini, dan telah meningkat sekitar 56% ditengah spekulasi bahwa gangguan suplai dari China dan Indonesia akan memangkas persediaan timah global. Hari ini, timah diperdagangkan di level US$ 26.790 per di London Metal Exchange, level yang paling tinggi dari yang pernah ada. Venture Minerals Ltd., yang tengah membangun pertusahaan pertambangan di Tasmania, menegaskan, tipisnya suplai timah di pasar global ini kemungkinan akan berlanjut hingga lima tahun ke depan. "Harga timah akan terus menanjak seiring dengan cuaca yang buruk akan mengganggu produksi dan diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun depan," kata Sekretaris Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi Kementerian ESDM Witoro S Soelarno, Rabu (6/10). Witoro memperkirakan, produksi timah dari Indonesia kemungkinan akan anjlok sekitar 20% menjadi 85.000 ton karena curah hujan yang ekstrim. Timah merupakan komoditi metal pertama yang menembus rekor sejak krisis finansial di tahun 2008; melampaui tembaga, nikel dan zinc. Metal ini, yang jamak digunakan untuk solder dan kemasan, menyentuh rekor terendahnya di level US$ 9.700 per ton pada bulan Desember lalu seiring dengan permintaan yang anjlok. Hari ini, harga kontrak timah naik sebesar 3,3%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News