Harga timah tergelincir akibat profit taking



JAKARTA. Setelah sempat terus melambung sejak pertengahan November lalu, kini timah mulai sedikit tergelincir. Harganya harus mengalami koreksi akibat aksi profit taking pelaku pasar di hari libur thanksgiving pekan lalu. Namun pelemahan tersebut diperkirakan tak akan berlangsung lama.

Mengutip Bloomberg, Jumat (25/11) harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terkoreksi 1,99% % di level US$ 20.925 per metric ton dibanding hari sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan harga pekan sebelumnya, pencapaian kali ini masih lebih tinggi 3,59%.

Andri Hardianto, Research & Analyst Asia Tradepoint Futures menganggap penurunan tersebut adalah hal yang wajar. Apa yang terjadi merupakan koreksi secara teknikal karena beberapa pekan sebelumnya sudah mengalami pertumbuhan. Menurutnya trend timah masih cukup positif.


“Masih akan melanjutkan kenaikan. Kalau diperhatikan Januari-September saja sudah naik hampir 40%,” paparnya kepada KONTAN, Senin (28/11).

Harganya mencatatkan pertumbuhan 45,31% dibandingkan awal tahun ini. Kala itu, timah hanya mampu mencapai level US$ 14.400 per metric ton. Bahkan pada 7 November lalu, harganya berhasil menembus level tertingginya pada US$ 21.845 per metric ton.

Defisit pasokan timah menjadi sentimen positif yang bisa mengkerek harga. Sampai akhir tahun 2016 diperkirakan kekurangannya akan mencapai kisaran 10.000 metric ton – 15.000 metric ton.

International Tin Research Institute (ITRI) cukup optimistis di pengujung tahun timah akan mencapai level US$ 22.000 per metric ton. Bahkan diperkirakan di tahun 2018, timah bisa menembus level US$ 30.000 per metric tonnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto