Harga timah turun akhir pekan lalu, pekan ini?



JAKARTA. Jika harga komoditas lainnya berhasil mencatatkan kenaikan, timah justru bergerak lemah sejak akhir tahun lalu. Mengutip Bloomberg, Jumat (31/3) harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,14% ke level US$ 20.175 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Hanya saja sejak akhir tahun 2016 harga timah sudah terpuruk 4,49%.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures mengungkapkan pergerakan timah memang berbeda dari komoditas logam industri lainnya. Catatan buruk harga timah datang setelah PT Timah Tbk berencana untuk meningkatkan ekspornya sepanjang tahun 2017 ini. PT Timah menargetkan ekspor naik menjadi 30.000 ton di tahun 2017 ini dari tahun sebelumnya yang hanya 24.000 ton.

Sampai Januari 2017 saja ekspor timah Indonesia naik 180% menjadi 6.964 ton dibanding periode yang sama tahun 2016. Ditambah lagi memasuki bulan Maret 2017 stok timah di LME naik menjadi 5.415 ton.


“Kekhawatiran ini datang bersamaan dengan ketidakpastian akan pencabutan pajak ekspor China sehingga ada peluang terjadi kelebihan pasokan,” tutur Wahyu. Sampai saat ini memang China tidak memberikan kepastian mengenai pencabutan pajak ekspor yang sudah berlaku sejak 2008 silam. Apabila benar akan dicabut maka ekspor akan semakin membanjiri pasar global.

Hal ini pula yang mengakibatkan harga timah terpuruk ke level terendahnya sejak Agustus 2016 lalu di level US$ 18.780 per metrik ton pada 23 Februari 2017 lalu. Hanya saja memandang proyeksi pergerakan timah ke depannya, Wahyu masih menyelipkan harapan positif. “Ada peluang harga naik jika ternyata pencabutan pajak ekspor China tidak jadi diberlakukan dan permintaan tertopang naik,” imbuh Wahyu.

Tentunya jika sesuai proyeksi maka harga timah berpotensi mendulang kenaikan ke level tertingginya sejak Agustus 2016 lalu di level US$ 21.150 per metrik ton pada 10 Januari 2017 lalu. Saat itu pemerintah China memutuskan untuk memangkas produksinya sebesar 50% dibanding total produksi 2016 lalu. “Tentu dengan mempertimbangkan kenaikan The Fed rate, hanya saja fundamental bisa membawa harga terus terjaga dari kejatuhan lebih dalam,” tutup Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto