Harga tinggi, konversi waran sepi



JAKARTA. Beberapa emiten gagal meraih dana segar dari hasil penerbitan waran. Investor ternyata masih belum tertarik melakukan konversi waran menjadi saham. Hal ini tercermin dari nilai konversi yang masih minim atas waran yang diterbitkan sejumlah emiten. Bahkan, investor tak mengonversi seluruh waran PT Star Petrochem Tbk.

Emiten saham berkode STAR ini menerbitkan waran seri I pada 13 Juli 2011. Jumlah waran yang diterbitkan saat itu sebanyak 980 juta unit waran. Hingga periode pelaksanaan waran habis, yaitu 14 Juli 2014, jumlah waran yang ditukar menjadi saham hanya 602 saham atau hanya setara 61,43%. Kala itu, STAR memasang harga konversi waran di Rp 102 per saham. Padahal Senin (13/10), harga STAR di posisi Rp 50 per saham.

Kondisi yang sama juga dialami waran seri II PT Sugih Energy Tbk (SUGI). Jumlah waran yang tterbit 21 Mei 2012 ini sebanyak 134,84 juta saham.Hingga 30 September 2014, jumlah yang sudah dikonversi baru 590.483 waran. Sehingga, masih tersisa 134,25 juta waran lagi yang belum ditukar saham oleh investor. Nilai waran yang telah dikonversi Rp 59,04 miliar. Harga konversi waran II SUGI di Rp 100 per saham. Kemarin, harga SUGI berada di Rp 415 per saham. Tapi harga waran SUGI di Rp 325.


Harga tak menarik

Konversi waran seri I PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) juga masih minim. Dari total 312,8 juta waran yang diterbitkan pada 20 Mei 2010, baru 534.354 waran yang sudah ditukar saham. Nilai konversi Rp 480,92 juta. Selain waran seri I, INVS juga memiliki waran yang dibundel dengan saham bonus. Waran ini terbit pada 22 Agustus 2011. Jumlahnya sebanyak 124,9 juta waran dan yang sudah dikonversi hanya 13.000 waran.

INVS juga mengeluarkan waran dari saham bonus II sebanyak 1,26 miliar waran. Berhubung masih anyar, jumlah konversi waran ini juga masih sedikit, yakni sebesar 3.200 waran. Saat ini harga INVS di Rp 580 sementara harga konversi waran yang berakhir pada 8 Mei 2015 di Rp 165. Tapi harga waran INVS sudah di Rp 800. Hanya waran seri I PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) saja yang banyak ditukar investor.

Porsi konversi waran yang terbit 9 Januari 2012 ini sudah mencapai 79,22%. Jumlah penerbitan emiten ini sebesar 1,32 miliar waran, sedangkan yang sudah ditukar saham mencapai 1,04 miliar. Dari hasil konversi waran ini, manajemen TELE memperoleh dana segar sebesar Rp 324,91 miliar. Harga waran dan harga konversi saham TELE terlihat sudah tak menarik.

Pasalnya harga waran TELE di Rp 630 per waran. Padahal harga konversi di Rp 310 per saham. Sementara harga saham TELE saat ini di Rp 940 per saham.

Analis First Asia Capital, David N Sutyanto menilai, ada tiga alasan yang membuat investor enggan konversi saham menjadi waran. Pertama, harga saham saat ini lebih rendah dari harga konversi. Kedua, investor memang enggan menambah saham di perusahaan tersebut. Bisa karena fundamental perusahaan yang tak bagus.

Alasan ketiga adalah, karena memang investor pasif yang memang hanya sekedar menyimpan saham IPO atau saham rights issue. "Karena memang kalau exercise harus mengeluarkan dana," ujar David. Apalagi menurut David, biasanya emiten yang memberi waran adalah emiten yang sahamnya kurang seksi. "Jarang emiten berkapitalisasi besar memberi waran," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie