JAKARTA. Di tengah harga emas yang menunjukkan tren penurunan, bank syariah justru menggenjot segmen gadai dan cicilan emas. Group Head Pawning Bank Syariah Mandiri (BSM), Dian Faqihdien Suzabar mengatakan saat ini
pressure di bisnis emas memang cenderung belum stabil. Hal ini terlihat dari harga ANTAM pada awal bulan September 2016 menurun Rp3000 menjadi Rp601.000 per gram di mana sebelumnya berada di Rp 604.000 per gram. Meski begitu, Dian optimis jika pihaknya dapat melampaui target akhir tahun sebesar Rp2 triliun untuk produk gadai dan cicil emas.
Hal ini terlihat dari capaian BSM per-Agustus 2016 yang mencatatkan pertumbuhan gadai dan cicil emas mencapai angka Rp150 miliar dengan outstanding pembiayaan gadai dan cicil emas BSM mencapai Rp1,84 triliun atau tumbuh 21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,52 triliun. "Syarat cukup mudah ya, cuma KTP untuk cicilan di bawah Rp50 juta, dan cicilan mulai dari Rp4.800-Rp5.000 per-hari untuk cicilan dengan tenor 2-5 tahun," tegasnya, Mingu (18/9). Bank syariah yang menjadi
market leader dalam bisnis gadai dan cicil emas ini juga mengatakan untuk produk ini hampir tidak ada resiko pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF). "Sepanjang tahun NPF kita di produk ini 0% dan kita akan jaga sampai akhir tahun," tutur Dian. Sedikit berbeda, General Manager divisi consumer banking Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Sisca mengatakan pembiayaan gadai dan cicil emas di BNI Syariah belum menjadi fokus utama bisnis pembiayaan konsumtif BNI Syariah sehingga pertumbuhannya pun relatif masih kecil. "Tapi tidak menutup kemungkinan, kalau tren harga emas meningkat ini bisa jadi pendorong pembiayaan konsumtif ritel di BNI Syariah," jelasnya kepada KONTAN. Pasalnya BNI Syariah sejauh ini menilai pembiayaan untuk produk ini masih kecil jika dibandingkan dengan griya atau KPR (Kredit Pemilikan Rumah). "Terlihat dari pertumbuhan Juli 2016 ke Agustus 2016, gadai emas hanya naik 0,76% sedangkan cicil emas turun 4,8%," jelasnya. Sisca menambahkan, secara year-on-year (yoy) per-bulan Agustus 2016 pembiayaan griya BNI Syariah tumbuh 83,66%, cicilan emas hanya tumbuh tipis 0,18% dan gadai emas hanya 0,06%. Pun, Dian menjelaskan bahwa bisnis pembiayaan gadai dan cicil emas syariah bisa menjadi tolak ukur pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, khususnya dana murah. "Trennya, kalau produk ini tumbuh, DPK juga ikut tumbuh," pukasnya.
Sebagai informasi tambahan, DPK BSM per Semester I 2016 mencatatkan pertumbuhan 7,82% menjadi Rp64 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp59 triliun. Perolehan DPK didorong oleh pertumbuhan giro sebesar 6,25% yang sebelumnya Rp 6,86 triliun per Semester I 2015 menjadi Rp 7,10 triliun per Semester I 2016 serta tabungan tumbuh 11,25% yang semula Rp 22,05 triliun menjadi Rp 25 triliun per Juni 2016. Sementara, dari sisi deposito tumbuh BSM 5,68% dari perolehan paruh pertama tahun sebelumnya Rp30,43 triliun menjadi Rp32,16 triliun per Juni 2016. Perolehan DPK dari giro dan tabungan, menjadikan komposisi dana murah (CASA) BSM per posisi Juni 49,58% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 48,56%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto