Harga turun, ekspor tuna merosot



JAKARTA. Pasar ikan tuna terbawa gelombang penurunan harga. Pengusaha penangkapan ikan di Indonesia mulai mengeluhkan harga yang kurang kompetitif. Maklum, dalam dua bulan terakhir, harga ikan tuna tergerus akibat rendahnya permintaan pasar.

Salah satu negara yang permintaannya turun adalah Jepang. "Ada pengaruh musim di Jepang," kata Ang Sakiman, Presiden Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan Indonesia (APKPII), Selasa (7/12).Ang menuuturkan, konsumsi ikan tuna di Jepang turun lantaran pengaruh musim dingin (fuyu) yang melanda negeri Sakura itu. Maklum, saat musim dingin melanda, warga Jepang lebih memilih berdiam diri di rumah ketimbang berbelanja di luar rumah. Penurunan konsumsi itu juga membuat permintaan dan harga ikan tuna segar turun. Menurut Ang, saat ini harga ikan tuna di pasar Jepang sudah turun menjadi ¥ 500 per kilogram (kg). Padahal, di bulan sebelumnya, harga tuna stabil di kisaran ¥ 900- ¥ 1000 per kg. Ia memprediksi, penurunan konsumsi di Jepang itu akan terus berlangsung setidaknya hingga musim dingin berlalu. Selain faktor cuaca, faktor persaingan pasar juga tidak kalah menentukan. Beberapa tahun terakhir, pasar tuna Jepang dibanjiri produk dari beberapa negara lain, seperti Sri Lanka, Filipina, dan Thailand. Dengan pasokan yang semakin banyak, maka pasokan ikan tuna di Jepang berlimpah, bahkan melebihi permintaan. Alhasil, harganya pun turunEdi Yuwono, Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin), mengatakan, belakangan ini beberapa negara penghasil tuna menaikan pasokan ekspornya ke Jepang. "Pasokan tuna, khususnya dari Sri Lanka cukup banyak. Itu menyebabkan harga tuna di Jepang turun," tutur Edi. Direktur Pemasaran Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut Hutagalung mengaku heran dengan penurunan harga tuna di Jepang. Seharusnya, harga naik lantaran negara di Asia Pasifik sudah sepakat menurunkan volume penangkapan ikan tuna untuk menjaga konservasi. Ekspor tuna turunSebagai salah satu negara yang mengikuti komitmen itu, Indonesia telah menurunkan kapasitas penangkapan tuna sebanyak 30% secara bertahap sejak 2009 sampai 2011. "Logikanya, kebijakan itu seharusnya justru akan menganggu pasokan tuna ke Jepang," tandas Saut.Sebagai contoh, di pelabuhan Muara Baru, Jakarta, hasil penangkapan ikan tuna dalam dua bulan terakhir hanya mencapai rata-rata 150 ton per bulan. Padahal, di bulan-bulan sebelumnya, rata-rata volume ikan tuna tangkapan di pelabuhan ikan terbesar di Indonesia itu mencapai 450 ton per bulan. "Sekarang, turun pancing selama seminggu kadang tidak mendapatkan hasil apa-apa", jelas Ang yang juga pelaku usaha penangkapan tuna.Lantaran pasokan ikan dari pengusaha penangkapan ikan turun, para eksportir juga tidak bergairah mengekspor tuna ke Jepang. Dalam dua bulan terakhir, ekspor tuna hanya mencapai sekitar 200 ton per bulan. Padahal, "Beberapa bulan sebelumnya, ekspor tuna ke Jepang berada di kisaran 250 ton per bulan," kata Edi.Sekadar informasi, tahun lalu, nilai ekspor ikan tuna Indonesia ke Jepang mencapai US$ 116 juta. Adapun total nilai ekspor ikan tuna Indonesia mencapai US$ 620 juta. Jepang merupakan pasar terbesar, disusul Eropa dan Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini