KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kenaikkan harga emas, stock logam mulia keluaran PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami kekosongan stok.
Merujuk situs logammulia.com pada Minggu (24/11), sebagian besar pecahan emas antam tidak dapat dibeli karena belum tersedia. Di Butik Emas LM Setiabudi dan Butik Emas cabang Serpong, Tangerang, hanya pecahan 0,5 yang tersedia, selebihnya mulai dari 1 gram sampai dengan 1000 gram tidak tersedia.
Kemudian di Butik Emas cabang Graha Dipta Pulo Gadung, emas batangan yang tersedia hanya pecahan 0,5gram, 250 gram, dan 500 gram. Sementara di Butik Emas Gedung Antam, yang tersedia hanya pecahan 0,5 gram, 500 gram, dan 1000 gram. Pecahan lainnya tidak tidak tersedia di cabang ini.
Baca Juga: Sebulan Harga Emas Antam Naik 1,72%, Hari Ini Bergeming (24 November 2024) Sekretaris Perusahaan ANTM, Syarif Faisal Alkadrie mengatakan ketidakterserdiaan ini adalah imbas dari penurunan harga emas beberapa waktu lalu.
Menurutnya sekitar dua pekan lalu terjadi tren penurunan harga yang mendorong masyarakat memburu emas secara signifikan. Maka dari itu seluruh saluran penjualan Perusahaan, yaitu Butik Emas Logam Mulia, Wholesale, dan e-commerce, mengalami ketidakterserdiaan stok.
"Sekitar 1-2 pekan lalu sempat turun, setelah itu tren pembeliannya terus meningkat," katanya kepada KONTAN, Minggu (24/11).
Untuk diketahui sekitar pekan lalu harga emas sempat turun hingga Rp 1.466.000 pada 14 November 2024. Kemudian saat ini sudah
rebound ke Rp 1.541.000 pada 24 November 2024. Meski sudah pulih tetapi harganya masih lebih rendah 0,38% atau 6.000 dari awal bulan yang sebesar 1.547.000 pada 1 November 2024.
Faisal pun mengatakan Antam terus berupaya memenuhi permintaan logam mulia dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan kapasitas produksi, serta berfokus pada penyediaan produk sesuai dan secara aktif memastikan distribusi produk berjalan lancar, sehingga dapat memenuhi tingginya permintaan pasar.
Baca Juga: Ketidakpastian Pemilu AS Dorong Penguatan Emas Awal Pekan Ini Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong menjelaskan permintaan yang tinggi tidak serta-merta terjadi karena faktor harga. Oleh sebab itu meskipun harga Antam kembali naik, tetapi investor tetap membelinya. Sebab, "permintaan emas umumnya identik dengan kekuatiran geopolitik maupun ekonomi yang lesu," katanya kepada KONTAN, Minggu (24/11).
Di samping itu, harga emas sempat turun beberapa waktu lalu akibat kabar kemenangan Trump. Kemudian emas
rebound dengan cepat mencerminkan fundamental yang kuat, dan menunjukkan bahwa logam mulia ini tetap menjadi aset yang diandalkan di tengah ketidakpastian.
Maka dari itu Lukman menilai permintaan emas Antam masih akan meningkat, mengingat investor domestik umumnya mengikuti perkembangan luar negeri. Sentimen eskalasi di perang Ukraina dan potensi perang dagang global akan semakin mendukung permintaan.
Ia memperkirakan harga emas antam masih akan naik mengikuti kenaikan harga internasional yang diperkirakan akan berkisar US$ 2.800 pada awal tahun depan. Dengan demikian, proyeksi harga emas Antam pada awal tahun depan pun sekitar Rp 1,6 juta per gram.
Baca Juga: Harga Emas Masih dalam Tren Bearish Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Eropa Timur telah mendorong investor beralih ke aset
safe haven seperti emas. Hal ini membuat harga emas spot mengalami peningkatan.
Di sisi lain, investor mengantisipasi potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk menyimpan emas, sehingga membuatnya lebih menarik.
"Investor cenderung mencari aset
safe haven seperti emas selama periode ketidakpastian ekonomi," katanya kepada KONTAN.
Awal tahun depan, kemungkinan kekhawatiran baru tentang stabilitas ekonomi global akan semakin meluas dan mendorong peningkatan investasi pada logam ini. Sutopo bilang ebijakan moneter bank sentral, khususnya dalam menanggapi inflasi dan suku bunga dapat berdampak signifikan pada harga logam mulia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih