Hari ini, deadline uji tuntas Pertamina di Medco



JAKARTA. Guna mencapai target produksi 1 juta barel minyak ekuivalen per hari (mboepd) pada tahun 2015, PT Pertamina (Persero) siap melanjutkan rencana akuisisi Medco. Pertamina memiliki waktu hingga akhir hari ini (Selasa, 30/11) untuk meyakinkan pemerintah dan wakil rakyat bahwa langkah akuisisi ini sangat penting bagi mereka.

Menurut Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, akuisisi ini akan menambah jumlah produksi minyak mentah yang masuk ke kilang Pertamina. Karen menghitung, akan ada 53.000 barel per hari (bph) yang akan masuk ke kilang Pertamina.

“Memang masih dalam tahap due dilligence tapi secara teknis akan ada tambahan 53.000 bph yang masuk ke kilang. Karena sekarang ini produksi dari Rimau dijual ke Mitsubishi, kalau kita akuisisi akan masuk ke kilang kita,” jelas Karen, Senin (29/11). Blok Rimau PSC yang dikuasai Medco ini berlokasi di Sumatera Selatan.


Karen Agustiawan menegaskan, evaluasi terhadap rencana akuisisi dengan Medco sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu. "Untuk produksi seperti itu tidak mudah. Jadi, kita ingin Medco dan Pertamina berada di bawah bendera yang sama," ujar Karen usai rapat dengar pendapat dengan DPR, Senin, (29/11).

Karen menambahkan, Pertamina juga melihat potensi Medco dengan kilang di Libya yang dapat memproduksi sekitar 50.000 barel per hari. "Jika kami bisa akuisisi, kita akan mempercepat sampai 160.000 bph, dan itu bisa masuk ke kilangnya Pertamina."

Sayangnya, rencana Pertamina ini tak mendapat restu dari DPR. DPR Komisi VI dan Komisi VII mendesak Pertamina untuk membatalkan aksi korporasi tersebut. Pasalnya, akuisisi itu mereka nilai justru akan merugikan Pertamina. Apalagi, saat ini, Medco memiliki jumlah utang yang cukup banyak.

Meski siap untuk mengakuisisi Medco, apabila pemerintah tidak memberikan persetujuan, Karen bilang, Pertamina siap mencari ladang-ladang minyak gas baru. “Sekarang kita pelajari aset-aset mana saja yang bisa kita ambil dan optimalkan. Deadline-nya besok (hari Selasa ini) dan nanti kalau keputusan dari pemerintah tidak boleh, ya kita ikuti,” tutur Karen. Selasa, 30 November memang merupakan deadline penyelesaian due dilligence Pertamina di Medco.

Selain berencana bermitra dengan perusahaan dalam negeri, Pertamina juga tengah melakukan feasibilities studies bersama perusahaan migas asing dari Iran, Kuwait, dan saudi Arabia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini