Hari ini, kekerasan di Mesir bakal makin meningkat selama Mubarak belum turun



KAIRO. Hari ini (4/2) kekerasan bakal makin brutal setelah massa pro pemerintah melanggar kebebasan pers dengan melakukan aksi kekerasan terhadap jurnalis yang sedang meliput di Kairo, kemarin. Apalagi, hingga kini Mubarak masih belum bersedia untuk lengser. Wakil Presiden AS Joe Biden telah berbicara dengan Wakil Preside Omar Suleiman kemarin untuk menekan pemerintah Mesir agar bertanggung jawab untuk memastikan demonstrasi berjalan damai dan tidak mengarah pada kekerasan dan intimidasi. Ketegangan makin meningkat di Mesir setelah Ikhwanul Muslimin, sebagai kelompok oposisi terbesar di Mesir, bergabung dengan para demonstran untuk melakukan aksi protes telah sholat Jumat, pekan lalu. "Hari ini banyak darah tumpah, dan akan menjadi titik balik apakah demonstrasi akan berlanjut atau rezim Mubarak bisa menguasai rakyat," kata Michael Hudson direktur Middle East Institute di National university of Singapore. Suleiman telah menawarkan konsesi di televisi pada tengah malam kemarin, bahwa putra Mubarak tidak akan diajukan sebagai calon Presiden Mesir. Credit Agricole CIB memperkirakan, kerusuhan di Mesir menyebabkan kerugian ekonomi negara dan dunia mencapai US$ 310 miliar per hari. Bursa saham di teluk Persia berguguran, harga minyak terus merangkak naik dan telah menembus di atas US$ 100 per barel. Moody's pun telah menurunkan peringkat obligasi Mesir satu tingkat menjadi BB. Pada akhir Januari 2011, Moody's pun telah menurunkan peringkat obligasi negara menjadi setara Ba2, dua level di bawah peringkat layak investasi. Hosni Mubarak yang telah memimpin Mesir hampir 30 tahun ini, menyatakan menolak mundur menjadi Presiden lantaran khawatir gerakan Persaudaraan Muslim dan Hamas, akan menghancurkan Mesir, dalam wawancara dengan BBC News. Ia beranggapan, dirinya masih dibutuhkan menjadi pemimpin Mesir untuk menjaga keadaan Mesir. John McCain, senior Partai Republik di Senat Komite Angkatan Bersenjata AS berpendapat, hampir pasti Mubarak akan turun. Jika tidak kekerasan akan terus meningkat. Militer harus memainkan peran utama dalam kondisi seperti ini," katanya dalam wawancara dengan Bloomberg, kemarin.


Editor: Rizki Caturini