Hari ini saham Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI) disuspensi



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI) di sesi 1 perdangan Efek hari ini (23/4). Kepada Divisi Penilaian Perusahaan, Adi Pratomo Aryanto menyatakan, “Dalam rangka menjaga pasar yang teratur, wajar, dan efisisen, Bursa memutuskan melakukan penghentian sementara perdagangan Efek KBRI di seluruh pasar,” ujarnya dalam keterbukaan Selasa, (23/4).

Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan KBRI.

Direktur Utama KBRI, Henry Priyantoro menjelaskan latar belakang terhentinya produksi karena pembatalan pemberian modal kerja terhadap perusahaan.


Pada akhir tahun 2014 KBRI mendapatkan komiten dari Sindikasi Perbankan sebesar US$ 70 juta dengan rincian US$ 45 juta Kredit Investasi dan US$ 25 juta kredit modal kerja. Akan tetapi salah satu bank anggota Sindikasi Perbankan menarik diri dari komitmen memberikan Kredit Modal Kerja sebesar US$ 10 juta.

“Dampak batalnya komitmen tersebut, KBRI tidak mampu beroperasi pada level yang seharusnya, bahkan belum melewati break even poin (BEP). Pada akhirnya terjadi kerugian karena kemampuan untuk beroperasi terus menurun,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Senin (22/4).

Sampai dengan kuartal I 2018 kegiatan produksi terhenti sehingga selama 2018, KBRI bertumpu pada penjualan atas persediaan serta penerimaan dari piutang yang tersisa pada periode sebelumnya.

Akan tetapi arus kas masuk yang didapatkan dari kedua sumber tidak mencukup sebagai modal kerja untuk mengoperasikan mesin pabrik. Sebagian kas masuk hanya mencukupi sebagian beban opersional seperti gaji karyawan. Upaya yang masih dilakukan adalah melakukan penjajakan pada Potential Investor dan potential strategic partner yang hingga saat ini belum mengerucut pada satu pilihan. Upaya lainnya adalah mengajukan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada KPP Banyuwangi. Menilik dari laporan keuangan KBRI di 2018 tercatat anjloknya pendapatan hingga 98% year on year (yoy) dari Rp 144,02 miliar di 2017 menjadi Rp 2,87 miliar pada 2018. Adapun laba usaha tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 0,74% dari Rp 125,70 miliar menjadi Rp 124,76 miliar. Begitu juga dengan jumlah aset yang turun 7% menjadi Rp 1,088 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini