Harita Group raih rekomendasi ekspor nikel



JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali akan memberikan rekomendasi ekspor nikel kadar rendah kepada dua perusahaan nikel. Kedua perusahaan itu yakni PT Trimegah Bangun Persada dan PT Gane Permai Sentosa yang merupakan anak usaha dari PT Harita Group

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Bambang Susigit menyatakan, pengajuan ekspor kedua perusahaan itu sudah dievaluasi di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.

Adapun kuota ekspor untuk PT Trimegah Bangun Persada sebanyak 1.559.799 ton nikel. Untuk PT Gane Permai Sentosa sebanyak 519.933 ton nikel.


"Sudah dievaluasi pengajuannya, nanti saya cek sudah keluar atau belum," ujar Bambang kepada KONTAN, Minggu (30/7).

Alasan pemberian rekomendasi ekspor itu karena kedua perusahaan tersebut sudah membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter). Tapi sayangnya, ia tidak bersedia merinci berapa kapasitas smelter serta lokasinya.

Asal tahu saja, kedua perusahaan tersebut berlisensi Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang merupakan anak usaha dari Harita Group. Kemudian dalam Pasal 9 dan 10 Permen ESDM No. 5/2017, nikel dengan kadar kurang dari 1,7% dan bauksit yang telah dilakukan pencucian (washed bauxite) dengan kadar Al2O3 lebih dari atau sama dengan 42% digolongkan dalam mineral logam dengan kriteria khusus yang masih bisa diekspor.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menerbitkan rekomendasi ekspor bijih bauksit untuk PT Dinamika Sejahtera Mandiri dan nikel kadar rendah untuk PT Ceria Nugraha Indotama.

Kuotanya cukup fantastis, Dinamika Sejahtera Mandiri mendapatkan ekspor 2,7 juta ton selama satu tahun dengan melaporkan pembangunan smelter berkapasitas 7 juta ton di Kalimantan Barat (Kalbar).

Sementara Ceria Nugraha Indotama mendapatkan rekomendasi sebanyak 2,3 juta ton selama setahun dengan kapasitas smelter 5 juta ton di Makassar.

Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), Jonatan Handjojo bilang, sikap pemerintah yang masih membuka keran ekspor nikel kadar rendah membuat harga nikel makin ambruk. "Banyak perusahaan pembangun smelter sudah banyak yang menghentikan operasinya karena itu," ujar Jonatan.

Jonatan menyesalkan kenapa Instruksi Presiden yang sudah berulang-ulang tidak dihiraukan oleh Kementerian ESDM. Smelter nikel yang berhenti sudah lebih banyak lagi. "Sudah ada 20 smelter nikel yang berhenti karena harga yang ambruk," tandasnya kepada KONTAN, Minggu (30/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini