JAKARTA. Produsen makanan PT Mayora Indah Tbk terus menggarap pasar ekspor produk kopi instan. Lewat, Torabika White Coffee, Mayora berharap bisa lebih mengharumkan kinerja perusahaan ini. Tak main-main, agar fokus menjajakan produk ini ke mancanegara, manajemen Mayora bahkan berencana menarik merek Torabika White Coffee dari pasar Indonesia. Sebagai gantinya, perusahaan ini meluncurkan varian Torabika Creamy Latte. "Sekarang merek White Coffee-nya hanya untuk ekspor, terutama Malaysia," ujar Sribugo Suratmo, Corporate Communication Division Head PT Mayora Indah Tbk ke KONTAN, Rabu (29/6).
Namun, Sribugo belum bersedia memberikan perincian target ekspor dari Torabika White Coffee. Yang pasti, pertimbangan produk masuk pasar ekspor lantaran perusahaan ini melihat peluang untuk tumbuh lebih besar di pasar ekspor terutama Malaysia. Lagi-lagi, ia belum merinci pasar yang diincar ekspansi. Sejatinya, Mayora juga memiliki produk sejenis White Coffee dengan merek Kopiko White Coffee. Hanya saja, merek Torabika White Coffee jadi andalan jualan lantaran lebih populer. Mayora memang pantas membidik pasar kopi instan. Lantaran, porsi pendapatan PT Mayora Indah dari bubuk kopi instan sepanjang kuartal I-2016 mencapai Rp 2,25 triliun. Ini 48% dari total pendapatan perusahaan ini yang mencapai Rp 4,68 triliun. Adapun bisnis pengolahan makanan lainnya menyumbang R[ 2,43 triliun atau 52% dari total penghasilan Mayora. Adapun porsi pasar ekspor Mayora memang masih cukup besar. Apalagi, total ekspor Mayora Indah kuartal I-2016 mengalami kenaikan 25% dari Rp 1,694 triliun menjadi Rp 2,119, triliun atau 45% dari total penjualan. Adapun 55% masih dari pasar lokal. Pun demikian, fokus perusahaan ini untuk menggarap bisnis kopi instan memang sudah tepat. Dalam analisa Jennifer Natalia Widjaja, analis Ciptadana Sekuritas yang dirilis Mei 2016 lalu, pendapatan divisi kopi Mayora pada kuartal I-2016 lalu mengalami peningkatan 22,8% secara year on year, menjadi Rp 2,4 triliun. Ini menyebabkan laba kotor perusahaan ini meningkat 24,2%. Dalam risetnya, Jennifer juga menilai gross margin kopi ini memiliki perbaikan meskipun saat ini mereka tengah menghadapi persaingan ketat dengan merek lain. Merevisi target Boleh jadi dengan torehan kinerja yang lumayan harum itu, tahun ini, manajemen Mayora menargetkan penjualan sekitar Rp 17,5 triliun. Dengan target pertumbuhan penjualan sepanjang tahun ini bisa mencapai 18%. Manajemen Mayora optimistis mampu mengejar target tersebut. Apalagi, mereka meyakini kondisi ekonomi semakin membaik. Maka ya, "Kami merevisi target penjualan dari Rp 16,5 triliun menjadi Rp 17,5 triliun. Ini merupakan target angka yang realistis," ujar Direktur Utama Andre Sukendra Atmadja beberapa waktu lalu. Hingga akhir Mei 2016, Mayora telah mencatat perkiraan penjualan sebesar Rp 7,87 triliun, naik sekitar 30% dari hasil tahun lalu Rp 6,05 triliun. Kontribusi penjualan tercatat masih 50%-60% antara pasar domestik dan ekspor. "Saat ini pasar domestik telah kembali membaik," kata Andre.
Sampai Mei 2016, Mayora memproyeksi meraup laba bersih sebesar Rp 625 miliar. Menurut Andre, memasuki Hari Raya Idul Fitri tahun ini, penjualan mengalami kenaikan 30%-40% dibandingkan bulan-bulan biasanya. Mayora menggenjot kapasitas produksi sejak dua bulan lalu untuk semua jenis produk menjelang puasa lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan