Harum Energy berencana IPO



JAKARTA. Investor penggemar saham tambang bakal mendapat pilihan investasi baru. Pada 20-30 September nanti, PT Harum Energy Tbk bakal menawarkan 650 juta atau 24% sahamnya ke publik. Targetnya, saham Harum ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia mulai 6 Oktober 2010.

Prospektus penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) Harum Energy menyebutkan, perusahaan tambang ini memiliki opsi menambah jatah saham IPO sebanyak 65 juta saham. Opsi penjatahan lebih ini dilakukan untuk stabilisasi harga saham setelah IPO.

Apabila opsi penjatahan lebih ini dilakukan, maka saham Harum di bursa akan meningkat menjadi 26,1%.


Untuk melaksanakan IPO, Harum menunjuk Ciptadana Securities dan Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi.

Menurut salah seorang petinggi Mandiri Sekuritas yang tidak ingin disebut namanya, Harum mengincar dana US$ 400 juta atau Rp 3,6 triliun (US$ 1 = Rp 9000). Merujuk target ini, maka harga saham perdana Harum ditaksir sekitar Rp 5.500 per saham.

Rencananya, Harum akan menggunakan dana IPO untuk membiayai bisnis batubaranya. Sekitar US$ 50 juta akan dipakai untuk pengembangan tambang anak usaha mereka, PT Santan Batubara.

Harum juga akan memakai US$ 30 juta membiayai bisnis kapal tongkang. Sebagian dana IPO lagi akan dipakai melunasi utang. Sekedar catatan, pada Juni 2010 lalu, Harum menarik pinjaman US$ 80 juta dari DBS.

Secara fundamental, kinerja Harum lumayan baik. Per 31 Maret 2010, pendapatannya Rp 894,7 miliar dengan laba bersih Rp 134,1 miliar. Sementara di 2009, pendapatannya naik 75% dari Rp 2,5 triliun di 2008 menjadi Rp 4,6 triliun. Adapun laba bersihnya mencapai Rp 767,5 miliar, tumbuh 537% ketimbang 2008, sebesar Rp 120,4 miliar.

Analis Waterfront Securities Isfhan Helmy menilai, perkiraan harga di Rp 5.500 terbilang wajar. "Tidak mahal tapi tidak juga murah," katanya.

Isfhan menghitung, rasio harga saham per laba (PER) Harum sekitar 19 kali. Adapun PER sektor pertambangan di kisaran 15-20 kali. "Kemungkinan pasar akan menyerapnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie