Harum Energy (HRUM) Genjot Kontribusi Bisnis Nikel Hingga Lebih Dari 50%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk berambisi memacu cuan dari lini bisnis nikel. Emiten batubara berkode saham HRUM tersebut menargetkan, kontribusi pendapatan dari lini bisnis nikel dapat melebihi 50% dari total perolehan laba bersih konsolidasi perusahaan dalam 2-3 tahun ke depan. 

Direktur Utama HRUM, Ray Antonio Gunara mengatakan, perusahaan melihat bahwa prospek bisnis batubara akan lebih menantang ke depan. Sementara itu, bisnis nikel memiliki prospek jangka panjang yang masih menjanjikan.

“Kami melihat prospek jangka panjangnya (prospek bisnis nikel) sangat baik,” ujarnya dalam acara public expose, Jumat (9/6).


Saat ini, HRUM melakukan kegiatan usaha penambangan dan pengolahan bijih nikel melalui sejumlah entitas. Lewat entitas anak tidak langsung, PT Position, HRUM untuk melakukan usaha penambangan bijih nikel di Weda Bay, Halmahera Timur. PT Position memperoleh IUP Operasi Produksi Mineral Logam untuk komoditas nikel pada tahun 2017 dan diharapkan dapat memulai produksi di akhir tahun 2023 ini.

Baca Juga: Laba Bersih Harum Energy (HRUM) Naik 60,2% per Kuartal Pertama 2023

Sedikit informasi, sebanyak 51% saham PT Position dimiliki oleh PT Tanito Harum Nickel (THN). THN sendiri merupakan entitas anak usaha HRUM. Saat ini, HRUM memegang 95% kepemilikan saham atas THN.

Selain lewat PT Position, HRUM juga melakukan usaha pengolahan bijih nikel di Weda Bay Industrial Park, Halmahera Tengah lewat PT Infei Metal Industry (IMI) dan PT Westrong Metal Industry (WMI). 

IMI telah memulai pengoperasian komersial smelter nickel pig iron (NPI) berkapasitas produksi 28.000 ton per tahun pada April 2022 lalu. Anak usaha HRUM, yakni THN, memiliki kepemilikan saham sebanyak 49% atas IMI berdasar data 31 Maret 2023.

Sementara itu, WMI tengah mengawal penyelesaian proyek smelter berteknologi RKEF di dalam wilayah Kawasan Industri Weda Bay di Kabupaten Halmahera Tengah dengan kapasitas produksi tahunan 56.000 ton.  

Menurut data HRUM, kemajuan penyelesaian smelter tersebut sudah berkisar 70%-80% per bulan Mei 2023 lalu. Kalau tidak ada arall melintang, smelter WMI ini dijadwalkan sudah bisa beroperasi komersial di kuartal keempat tahun ini.

“Untuk smelter kedua yaitu PT WMI yang tadi kami sampaikan kita targetkan dapat beroperasi komersial di akhir tahun ini itu akan memproduksi nikel matte. jadi pada saat WMI itu mulai beroperasi katakanlah di awal 2024 atau akhir tahun ini produksi perseroan itu akan berada dalam bentuk NPI dan juga nikel matte,” tutur Ray.

Di sepanjang 2022, segmen nikel memberikan kontribusi US$ 39 juta atau sekitar 12%-13% terhadap laba bersih HRUM yang totalnya mencapai US$ 302 juta. Porsi terbesar berasal dari IMI yang berhasil menjual 25 ribu ton nikel dalam bentuk NPI.

 
HRUM Chart by TradingView

Di tiga bulan pertama 2023, lini bisnis nikel membukukan persentase  kontribusi yang hampir serupa terhadap perolehan laba bersih konsolidasi HRUM.

“Untuk 3 bulan pertama tahun ini kontribusi tersebut adalah sekitar 12% yang tentunya nanti kita harapkan dapat meningkat di bulan-bulan berikutnya,” kata Ray.

Tahun ini, pihak HRUM menganggarkan dana sekitar US$ 90 juta untuk menyelesaikan proyek smelter WMI. Selain itu HRUM juga melakukan penjajakan peluang untuk melakukan investasi-investasi baru lainnya di lini bisnis nikel. Manajemen tidak menutup kemungkinan untuk juga menjajal kegiatan usaha pengolahan bijih nikel kadar rendah alias limonit dengan mengembangkan fasilitas pengolahan High Pressure Acid Leaching (HPAL).

“iya, perusahaan sangat tertarik untuk melakukan investasi di proyek-proyek HPAL karena itu memberikan akses kepada perusahaan untuk masuk ke industri baterai sebagai industri hilir. Namun demikian, memang kami pada saat ini masih dalam tahap penjajakan sehingga kami belum dapat memberikan informasi yang lebih rinci,” tutur Ray.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari