KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sepekan ini, pergerakan market kripto mulai membaik disebabkan kinerja dolar AS yang melemah akibat terbebani dengan rilis data ekonomi yang kurang solid. Melansir CoinMarketCap pada Minggu (24/7) pukull 13.00 WIB, Bitcoin berada di harga US$ 22.733 atau melemah 0,76% dalam sehari dan naik 6,50% dalam tujuh hari terakhir. Sementara harga Ethereum (ETH) di level US$ 1.600 menguat 1,22% dalam sehari dan naik 18,23% dalam sepekan terakhir.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, secara keseluruhan pergerakan market kripto yang membaik disebabkan oleh kinerja dolar AS yang melemah, sehingga instrumen investasi berisiko, seperti saham dan kripto mulai kembali diminati. "Hal ini membuat investor lebih optimistis, meski ancaman resesi masih menyelimuti di depan. Utamanya melihat pasar saham yang berkinerja positif, menjadi dasar pemulihan di pasar kripto," Ucap Afid kepada Kontan.co.id, Jumat (22/7).
Baca Juga: Mengintip Potensi Pasar Kripto Indonesia di Tengah Tekanan yang Dihadapi Menurut Afid, dalam beberapa bulan ini, pasar saham dan kripto tampak memiliki relasi yang kuat, sehingga pertumbuhan pasar saham benar-benar mempengaruhi pandangan investor ke aset kripto. "Penurunan pada indeks dolar AS, turut menjadi penopang kembalinya selera risiko investor ke aset kripto," ujarnya. Afid mengatakan, pada pekan lalu ada hal yang menarik. Kapitalisasi pasar atau market cap aset kripto tetap di atas US$ 1 triliun, meskipun Tesla menjual 75% kepemilikan Bitcoin-nya. Harga Bitcoin sempat kehilangan hampir 2% dari nilainya. "Namun demikian, kapitalisasi pasar kripto global masih bernilai lebih dari US$ 1,03 triliun, penurunan 2,52% selama sehari terakhir. Secara khusus, total volume pasar kripto selama 24 jam terakhir saat ini adalah US$ 93,55 miliar atau alami sedikit penurunan 8,06%," ujar Afid. Afid menjelaskan aset kripto yang berbasis dolar justru terlihat stagnan karena kinerja dolar AS tengah melemah. Pada pekan depan, kata Afid, bisa menjadi momen krusial bagi market kripto. Pada tanggal 27-28 Juli 2022, The Fed akan melakukan rapat dan mengumumkan keputusan soal kebijakan moneternya. Banyak yang memperkirakan The Fed tidak bakal terlampau agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin. Namun di sisi lain, resesi dunia semakin tegas, karena inflasi terus meningkat yang akan memaksa bank sentral di banyak negara menaikkan suku bunga acuannya. Dari teknikalnya, harga Bitcoin sudah kemungkinan besar sudah oversold dan investor kembali menginjakkan kaki di pasar altcoin setelah apiknya kinerja indeks saham AS. Sementara, sentimen negatif masih dari rentetan peristiwa di ekosistem kripto yang sedang tak baik, sehingga memicu kecemasan invetor. "Berita buruk mulai dari Zipmex yang sempat mengumumkan suspensi atas penarikan (withdrawals) akibat kondisi pasar yang bergejolak. Terdapat pula kabar mengenai platform pinjam-meminjam aset kripto, Vauld, yang sudah mengajukan proteksi dari krediturnya yang berasal Singapura," tuturnya. Afi menjelaskan, saat ini semua 10 aset kripto big cap sedang nyaman di zona hijau. Sementara untuk altcoin ada Monero (XMR), Fei USD (FEI), XDC Network (XDC) dan Klaytn (KLAY) sedang mengalami penurunan. Menurut Afid, aset kripto masih menarik untuk investasi dengan melakukan buy the dip aset kripto, seperti Bitcoin dan Ethereum. Sementara, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir mengatakan selama sepekan terakhir belum ada aset kripto yang membaik, malah berpotensi akan tertekan pada pekan depan. "Sejauh ini belum ada yang membaik aset kripto, malah ada potensi tertekan pada minggu depan lantaran The Fed akan menaikkan suku bunga kembali sehingga investor akan cenderung amankan dana dari aset berisiko," ucap Christopher kepada Kontan.co.id, Jumat (22/7). Christopher mengatakan, volume dan likuiditas aset kripto cenderung masih bergerak flat belum ada kenaikan yang signifikan. Menurut Christopher, aset kripto yang berbasis dolar atau stablecoins akan mengikuti pergerakan harga dolar. Saat ini, kata dia, aset kripto sedang mengalami fase seleksi alam. Jadi yang lemah akan hilang dan yang kuat akan bertahan.
Sentimen yang dapat mengerek aset kripto kembali berasal dari permintaan, risk appetite dan juga kondisi perekonomian global. "Untuk jangka panjang bitcoin masih menjadi yang utama dan menarik, sedangkan untuk yang lainnya cenderung bergantung kepada pengguna nya, termasuk developer. Semakin banyak yang pakai maka potensinya tetap ada untuk spekulasi," imbuh Christopher.
Baca Juga: Harga Bitcoin dan Ethereum Naik Sepekan, Bagaimana Proyeksi ke Depan? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat