Hasil Investasi Asuransi Jiwa Menurun 42,23% pada Mei 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil investasi perusahaan asuransi jiwa mengalami penurunan yang cukup signifikan, yakni sebesar 42,23% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 6,29 triliun pada Mei 2024. 

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat terjadi penurunan bulanan mencapai 16,88% dibandingkan dengan hasil investasi bulan sebelumnya yang mencapai Rp 7,56 triliun pada April 2024.

Optimisme Industri Asuransi Jiwa di Semester II-2024


Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu, menyatakan keyakinannya bahwa kinerja hasil investasi akan tetap terjaga memasuki semester II-2024. 

Hal ini dipengaruhi oleh stabilitas sektor keuangan yang didukung oleh sentimen positif global terkait prospek ekonomi Amerika Serikat (AS).

Valuasi menarik di pasar saham, terutama dari perusahaan-perusahaan besar, diperkirakan akan mendukung kinerja saham pada semester II-2024.

"AAJI akan terus menggandeng seluruh perusahaan asuransi jiwa di Indonesia untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat," ujar Togar kepada Kontan.co.id, Kamis (26/7).

Baca Juga: Asuransi Jiwa Jaga Kontribusi Kanal Bancassurance

Pertumbuhan Positif dalam Total Pendapatan Premi

Togar Pasaribu mengungkapkan bahwa industri asuransi jiwa optimis akan pertumbuhan positif ke depannya, terlihat dari kenaikan total pendapatan premi sebesar 0,9% menjadi Rp 46 triliun pada kuartal I-2024. 

Selain itu, dijadwalkannya The Federal Fund Rate (FFR) pada September 2024 diharapkan dapat memberikan kabar baik untuk pasar investasi dan ekonomi di Indonesia.

Dengan adanya komitmen Indonesia dalam mencapai “Net Zero Emission” pada tahun 2060, industri asuransi jiwa memiliki posisi strategis dalam mendukung pendanaan untuk mencapai komitmen tersebut. 

"Industri asuransi jiwa berada dalam posisi yang sangat strategis untuk dapat mendukung pencapaian komitmen, karena memiliki portofolio investasi yang cukup besar serta berkesinambungan," jelas Togar.

Togar Pasaribu menekankan pentingnya kebijakan pemerintah untuk menerbitkan investasi yang bersifat rendah risiko dan memiliki tenor panjang, seperti "Long Term Government Bonds", yang dapat diakui sebagai aset yang diperkenankan dalam perhitungan RBC.

Kinerja Positif PT Asuransi Jiwa IFG

Di tengah penurunan umum, PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) melaporkan hasil investasi yang tumbuh sebesar 15,6% secara YoY pada Juni 2024, mencapai Rp 844 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 730 miliar. 

Corporate Secretary IFG Life, Gatot Haryadi, menjelaskan bahwa perusahaan fokus pada penempatan investasi di instrumen berisiko rendah hingga menengah, dengan sebagian besar investasi ditempatkan pada Surat Berharga Negara (SBN).

"Kami senantiasa menjaga pengelolaan investasi secara prudent agar IFG Life dapat fokus pada inovasi dan ekspansi, sehingga dapat tumbuh secara berkelanjutan dan memberikan pelayanan terbaik dan jangka panjang untuk negara dan seluruh masyarakat Indonesia," ujar Gatot Haryadi.

Penempatan Investasi PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk

PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (MSIG Life) mencatat hasil investasi senilai Rp 255 miliar di bulan Juni 2024. 

Equity Research & UL Strategy Manager MSIG Life, Wiratama, menyampaikan bahwa hasil investasi tersebut berasal dari berbagai penempatan, seperti deposito berjangka, obligasi korporasi, reksa dana, obligasi pemerintah, dan saham.

Per Juni 2024, penyertaan investasi MSIG Life, termasuk dana Unit Link (UL) nasabah, terbesar ada pada SBN sebesar 52,7%, diikuti dengan obligasi korporasi sebesar 17,8%, saham 16,1%, reksa dana 7%, dan deposito berjangka sebesar 5,5%. 

"Jika tidak memperhitungkan dana UL, maka penyertaan investasi Perusahaan tersebar paling besar ke obligasi sebesar 84%, pasar uang 14% dan saham 1%," ujar Wiratama kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Baca Juga: AAJI Menilai Produk Unitlink Masih Prospektif

Prospek Investasi Semester II-2024

Di semester II-2024 ini, penempatan investasi MSIG Life masih sama dengan periode sebelumnya yang tersebar ke beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, SBN, dan reksa dana. Alokasi terbesar diperkirakan masih pada SBN.

"Alokasi pada SBN diperkirakan akan bertambah seiring masih menariknya imbal hasil atau yield obligasi pemerintah. Selain itu, adanya potensi kenaikan harga obligasi dan penurunan yield yang berdampak positif bagi portofolio perusahaan di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga di kuartal 4 tahun ini," ujar Wiratama.

Saat ini, Yield SBN10Y berada di kisaran level 6,90%-7,10%, dan MSIG Life melihat posisi tersebut sebagai peluang untuk rebalancing di tengah valuasi yang atraktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .