Hasil investasi Taspen hanya tumbuh 1,32% pada 2018, simak penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencapaian hasil investasi PT Taspen (persero) tumbuh melambat di sepanjang tahun 2018. Perusahaan dana pensiun ini harus cukup puas dengan kinerja hasil investasi hanya tumbuh 1,32%.

Direktur Keuangan Taspen Helmi Imam Satriyono menyebut, Taspen mencatatkan hasil investasi sebesar Rp 7,65 triliun, atau tumbuh 1,32% dibandingkan tahun 2017, yakni Rp 7,55 triliun. Menurutnya, perlambatan kinerja hasil investasi disebabkan beberapa faktor, antara lain pelemahan rupiah dan kekhawatiran terhadap dampak global membuat investor asing melakukan aksi jual (net sell) di pasar saham sebesar Rp 50,75 triliun.

“Mereka mengalihkan sebagian dana ke pasar obligasi, sehingga net capital foreign inflow pada pasar obligasi mencapai Rp 31,9 triliun,” kata Helmi di Jakarta, beberapa waktu lalu.


Faktor lainnya, penilaian harga efek Indonesia atau dikenal dengan IBPA mengalami penurunan 10% untuk obligasi, dan diikuti penurunan Indeks Saham Gabungan (IHSG) mencapai 2,28% untuk saham. Kondisi ini mempengaruhi valuasi aset Taspen, di mana sekitar 45% pendapatan perusahaan berasal dari perolehan hasil investasi.

Sementara total aset investasi Taspen hanya tumbuh 3,71% menjadi Rp 216,76 triliun pada tahun lalu. Aset investasi terdiri dari aset investasi korporasi sebesar Rp 90,86 triliun, sedangkan aset investasi pensiun Rp 125,90 triliun.

Ia menjelaskan, hasil investasi korporasi langsung berpengaruh terhadap perolehan laba rugi perusahaan. Sedangkan investasi pensiun akan menambah jumlah aset perusahaan, di mana Taspen mendapatkan fee pengelolaan sebesar 6,7% dari net hasil investasi. Hal ini berdasarkan PMK Nomor. 148/PMK.02/2018.

Dalam hal ini, Taspen sangat selektif memilih jenis instrumen investasi dan emiten. Selain obligasi pemerintah, Taspen berinvestasi pada instrumen seperti obligasi korporasi, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA), reksadana, saham serta investasi langsung.

Disamping berupaya menjaga kualitas aset dan yield yang optimal, Taspen ikut serta dalam investasi pada proyek infrastruktur nasional di lebih dari 18 ruang total yang tersebar di Jawa dan Sumatra.

Taspen menempatkan aset investasi gabungan ke sejumlah instrumen pada 2018, seperti saham 15,17%, deposito 12,28%, sementara 72% diinvestasikan pada instrumen obligasi, sukuk, MTN dan KIK EBA. Pengalokasian itu membuat Taspen meraih yield on investment (YoI) gabungan yaitu 8,00 atau minus 10,41% dari tahun 2017, sebesar 8,93.

Meski tumbuh tipis, Taspen tetap optimistis kinerja hasil investasi di tahun ini diproyeksikan membaik. Direktur Investasi Taspen Antonius N.S. Kosasih menuturkan, pihaknya menargetkan hasil investasi bisa tumbuh di angka satu digit.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan menyediakan produk yang tahan terhadap perusahaan kurs rupiah dan IHSG. Kemudian mempersiapkan manajemen risiko yang kuat serta membesar bisnis dari anak perusahaan.

“Kami akan mengemas produk sesuai PMK, yang bisa memberikan hasil yang lebih baik dan tahan terhadap kondisi IHSG. Dengan menaruh investasi ke portofolio surat berharga, saham LQ45 dan Kompas100,” ungkapnya.

Sekedar informasi, anak usaha Taspen telah memberikan kontribusi pendapatan besar 4,5% dan laba 34% di tahun 2018. Mereka adalah Taspen Properti Indonesia, Taspen Life dan Bank Mandiri Taspen.

Menurutnya, anak perusahaan telah secara konsistem memberikan kontribusi bagi Taspen selama empat tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai aset dan laba bersih setiap tahunnya.

Pada Desember 2018, Taspen telah melakukan pembelian 8,39% saham Bank Mantap milik Bank Mandiri dan ikut serta dalam rights issue Bank Mantap sehingga mengubah kepemilikan saham yang sebelumnya sebesar 40% menjadi sebesar 48,41%. Adapun total dana yang diinvestasikan melalui kedua transaksi adalah sekitar Rp 646 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi