JAKARTA. Grup Lippo masih mengantongi laba yang tebal dari lini bisnis perusahaan ritel dan jasa. Bisnis ini berada di bawah bendera PT Multipolar Tbk (MLPL). Dari kinerja 2013 yang dirilis perseroan, Rabu (26/2), pendapatan MLPL tercatat Rp 14,67 triliun. Jumlah itu tumbuh 16% year-on-year (yoy). Laba bersih MLPL pun melonjak drastis menjadi Rp 1,41 triliun dari Rp 28,63 miliar. Loncatan laba itu dari tambahan pos pendapatan lainnya, yakni penjualan saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) 129 juta saham sebesar Rp 1,39 triliun. Terlepas dari itu, MLPL mendapat berkah dari pertumbuhan anak usahanya di bidang ritel dan jasa teknologi, yakni PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT). Sebagai penyumbang pendapatan terbesar berasal dari bisnis ritel MPPA.
Perusahaan pengelola gerai Hypermart ini, menorehkan pendapatan Rp 12,56 triliun, tumbuh 16,2% yoy. Dari situ MPPA memperoleh laba Rp 445 miliar, tumbuh dua kali lipat yoy. Benjamin Mailool, Presiden Direktur MPPA mengatakan, strategi bisnis MPPA yang serius menggarap unit usaha Matahari Food Business (MFB) menopang pertumbuhan tahun 2013. "MFB akan menjadi market leader di pangsa pasar bisnis pasar modern ini," ujar dia. Benjamin bilang, pendapatan MLPL juga banyak ditopang dari banyaknya ekspansi gerai baru Hypermart di 2013. Saat ini, MPPA mengoperasikan 222 gerai yang terdiri dari 99 gerai Hypermart, 29 Foodmart, dan 94 Boston Health and Beauty. Gerai itu tersebar di seluruh Indonesia. MFB sendiri melanjutkan ekspansi agresif dengan membuka 39 gerai baru di 2013. Tetap agresif Benjamin mengatakan, MPPA akan terus menambah gerai baru di 2014 menggunakan dana kas. MPPA berniat menambah jumlah gerai Hypermart dan Boston masing-masing 20 gerai lagi. Untuk memuluskan rencana ini, perseroan ini menyiapkan belanja modal Rp 600 miliar-Rp 700 miliar. Bukan cuma di bisnis ritel, Grup Lippo juga meraih berkah bisnis teknologi informasi MLPT. Penjualan MLPT naik 12,5% menjadi Rp 1,51 triliun di 2013. Laba bersih MLPT naik jadi Rp 56,69 miliar dari Rp 30,2 miliar. Harijono Suwarno, Presiden Direktur MLPT bilang, depresiasi rupiah di semester II 2013 membuat belanja TI di Indonesia menurun. Namun, kontribusi penjualan solusi dan jasa MLPL masih tumbuh karena naiknya permintaan pelanggan akan solusi teknologi informasi di luar perangkat keras. Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang mengatakan, bisnis properti, Grup Lippo banyak berharap dari investasi di bisnis usaha ritel dan jasa teknologi ini. Apalagi, tahun ini, prospek industri ritel bakal semakin tumbuh. "Akan banyak keuntungan terutama dari pemilihan umum ini," kata dia.
Edwin bilang, MLPL dan anak usahanya masih bisa tumbuh 15%-20% di 2014. Ini karena, merek MPPA sudah dikenal masyarakat dengan strategi pemasaran terbilang cukup bagus dengan berbagai potongan harga. MPPA juga menyasar seluruh segmen baik dari golongan menengah sampai golongan atas. Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities juga memprediksi MLPL masih bisa tumbuh double digit seiring permintaan masyarakat. Perseroan ini memiliki arus kas besar sehingga lebih fleksibel dalam ekspansi. Edwin melihat, saham MLPL lebih menarik ketimbang MPPA. Soalnya, price earning ratio (PER) MLPL terlihat masih di 3,18 kali. Sementara PER MPPA 24,52 kali. Makanya, Edwin merekomendasikan buy MLPL di Rp 1.000. Sementara rekomendasi untuk saham MPPA, hold di harga Rp 2.150. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana