KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada lelang surat utang negara (SUN) mulai menurun.
Wait and see pelaku pasar terhadap pengumuman
tapering off Federal Reserve membuat likuiditas menurun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), jumlah penawaran yang masuk pada lelang SUN, Selasa (28/9) sebesar Rp 58,83 triliun. Jumlah tersebut menurun dari penawaran yang masuk dalam lelang SUN dua pekan lalu yang sebesar Rp 80,66 triliun. Total nominal yang dimenangkan oleh pemerintah di lelang kali ini juga menurun menjadi Rp 12 triliun dari Rp 21 triliun pada lelang dua pekan lalu.
Baca Juga: Berikut seri SUN yang dilelang hari ini Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Deni Ridwan mengatakan, penyerapan dalam lelang kali ini lebih rendah karena defisit anggaran diprediksi lebih rendah. Kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan SBN menjadi lebih rendah di tengah tren positif penerimaan negara. "Mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2021,
yield/imbal hasil SBN yang wajar di pasar sekunder, serta pemenuhan
supply SUN dari pasar perdana pemerintah menyerap Rp 12 triliun dari lelang ini," kata Deni. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengamati, pasar obligasi mulai mengalami jenuh beli setelah dalam beberapa minggu terakhir terus menguat. "
Rally panjang kemarin, membuat pelaku pasar
profit taking," kata Ramdhan, Selasa (28/9).
Baca Juga: Banggar DPR setujui asumsi makro ekonomi dan target pembangunan 2022, ini rinciannya Sementara itu likuiditas pasar berkurang karena sebagian investor, terutama asing masih bersikap
wait and see setelah The Fed mengumumkan akan melakukan
tapering off di bulan November tahun ini. Dampak dari
tapering off tersebut, dapat membuat
yield US Treasury naik dan membuat harga obligasi turun. Pergerakan
yield yang naik di AS juga berpotensi terjadi di pasar obligasi dalam negeri. Dalam lelang SUN sore ini juga terlihat,
yield cenderung bergerak naik terutama pada seri tenor menengah hingga panjang. Tercatat seri FR0091 yang jatuh tempo pada 15 April 2032 memiliki
yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan di 6,11%. Sementara,
yield seri tersebut di lelang dua pekan lalu berada di 5,98%. Deni juga mengatakan pasar global masih diwarnai isu
tapering The Fed dan kelanjutan penyelesaian utang Evergande di China.
Yield US Treasury 10 tahun jadi cenderung naik hingga mencapai level 1,5%. Akibatnya
yield SUN domestik juga naik.
Baca Juga: Banyak penerbitan, cermati cara memilih obligasi korporasi berikut Ramdhan mengatakan
tapering off AS berpotensi mempengaruhi minat investor dalam lelang-lelang obligasi selanjutnya. "The Fed memang sudah memberikan sinyal yang jelas, tetapi seberapa besar asing akan keluar akibat sentimen tersebut, itu yang masih pelaku pasar amati," kata Ramdhan. Namun, Ramdhan tetap optimistis peran investor domestik mampu menjaga kestabilan pasar obligasi. Selain itu, jika
yield US Treasury naik, Ramdhan tetap optimistis kenaikan
yield obligasi akan tetap dalam batas wajar.
Tercatat investor domestik memang masih mendominasi bid dengan persentase mencapai 92,1% dari total bid. Seri yang paling diminati pada lelang SUN kali ini adalah tenor 5, 10 dan 20 tahun dengan total 73,5% dari total bid yang masuk. Sementara itu,
yield rata-rata yang dimenangkan untuk semua seri obligasi turun sekitar 1-6 basis poin dibanding
yield seri yang sama pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (28/9). Penurunan
yield tertinggi pada seri FR0091 atau Obligasi Negara tenor 11 tahun.
Baca Juga: Nasib rupiah esok ditentukan oleh pernyataan Jerome Powell di hadapan senat AS Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati