JAKARTA. Berinvestasi tidak melulu mengejar keuntungan. Bagi Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), rezeki sudah ada yang mengatur. Maka itu, ia tak bernafsu menempatkan dana investasi di banyak keranjang. Legowo bercerita, walaupun sudah berkecimpung dalam dunia investasi hampir 22 tahun, dia hanya menginvestasikan dananya di dua instrumen investasi saja. Lulusan Magister Sains Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menaruh 40% porsi aset di reksadana dan 60% di deposito. Sampai saat ini, Legowo belum mempunyai keinginan untuk mendiversifikasi investasi ke saham maupun properti.
Legowo beralasan, ia tidak punya keahlian dan waktu yang cukup untuk berinvestasi di saham. Sedangkan untuk investasi properti, Legowo merasa sudah cukup dengan properti yang ia miliki saat ini. Apalagi, dia juga mewarisi properti dari mendiang orangtuanya. Alasan lain, menyangkut proses pencairan. Menurutnya, berinvestasi di properti memiliki kelemahan. Ketika butuh dana dengan segera, tidak bisa dengan mudah diuangkan. "Memang lagi
booming. Tapi setelah saya pikir dan masukkan properti ke dalam total wealth sudah terlalu besar, saya rasa tidak perlu saya investasi di situ," kata Legowo. Meski mengaku sebagai investor yang tidak agresif dalam mengejar untung, Legowo tetap memiliki strategi khusus agar semua investasi yang dijalankannya tetap bisa memberikan hasil optimal. Salah satunya, berinvestasi secara teratur. Pria murah senyum ini bercerita, strategi tersebut ia lakukan setelah investasi reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap yang mulai dijalankannya sejak 1996 lalu mengalami koreksi besar akibat krisis ekonomi 1997 dan 1998. Strategi ini terbukti ampuh dalam meredam kerugian investasi yang disebabkan oleh volatilitas pasar. Strategi ini kembali terbukti pada 2005 dan 2008 lalu. Saat krisis ekonomi global melanda, investasi reksadana yang Legowo jalankan tetap bisa memberikan hasil yang optimal. Melihat efek besar dari pola berinvestasi secara teratur dalam meredam dampak volatilitas pasar, dia merekomendasikan para investor, khususnya investor pemula untuk ikut mempraktikkan pola investasi semacam ini. Strategi lain adalah berinvestasi sejak usia dini agar persiapan masa depan bisa lebih matang. Fenomena panjangnya usia harapan hidup dan besarnya kebutuhan, serta sedikitnya orang yang akan menopang hidup beberapa tahun ke depan, membuat Legowo berfikir tentang masa depan. Salah satunya, berinvestasi harus dilakukan sejak dini. Dus, ia pun mengenalkan investasi sejak dini kepada kedua anaknya. Sejak si anak sekolah, dia selalu meminta mereka untuk menyisihkan sebagian kecil uang jajan untuk ditabung. Bukan hanya itu saja, Legowo juga sudah mengenalkan produk investasi yang bisa dipilih oleh buah hatinya. "Selain mengenalkan investasi sejak dini, itu juga mengajarkan kepada mereka untuk bisa mandiri. Kalau butuh apa-apa, bisa langsung dipenuhi sendiri," kata Legowo. Strategi penting yang lain, adalah menerapkan prinsip
pay yourself alias membayar diri sendiri dalam praktik pengelolaan keuangan pribadi. Strategi ini kata Legowo, adalah strategi terpenting yang harus dijalankan oleh setiap orang dalam berinvestasi. Dengan menerapkan strategi ini, kesadaran untuk berinvestasi bisa tumbuh. Legowo bilang, menumbuhkan kesadaran berinvestasi di tengah kondisi masyarakat konsumtif sekarang ini cukup sulit. "Prinsip yang harus diterapkan untuk strategi ini, adalah mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki, dan menyisakan sedikit untuk investasi. Kalau itu dilakukan, dampaknya akan luar biasa," katanya. Sanggar tari hasil investasi Legowo tidak hanya berinvestasi dalam bentuk harta dan kekayaan saja. Banyak investasi yang dilakukan dalam bentuk lain. Salah satu yang membuat dia merasa sudah menemukan keuntungan yang nyata, adalah investasi yang dilakukannya dalam pendirian sanggar tari dan musik tradisional.
Legowo bercerita, sanggar yang dibangun di kediamannya yang terletak di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tiga tahun lalu tersebut didirikannya dari hasil investasi reksadana selama 20 tahun lalu. Legowo mengatakan, ia tidak memiliki tujuan komersil dalam mendirikan sanggar tari dan musik tradisional ini. Peraih penghargaan manajer investasi terbaik versi Asian Investor ini mendirikan sanggar dengan niat menyalurkan hobi tari dan melestarikan budaya bangsa. Tujuan yang lain, adalah membahagiakan anak- anak. "Berapa investasinya, berapa keuntungannya, apakah bisa menutup semuanya, bagi saya tidak penting. Yang penting cukup untuk menjalankan operasionalnya saja, ya sudah," tutur lelaki kelahiran Roma, Italia ini. Legowo menjelaskan, tidak ada keuntungan material yang diperolehnya selama mendirikan dan mengelola sanggar tari dan musik tradisional tersebut. Bagi dia kebahagiaan batin dan bisa melihat anak- anak senang, itu sudah menjadi keuntungan yang luar biasa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati