Hasil Studi Pra Kelayakan TB Tembaga, Merdeka Copper (MDKA) Lebih Rendah Proyeksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mnyelesaikan studi pra-kelayakan (PFS) proyeks Tembaga Tujuh Bukit (TB Tembaga) yang telah lama ditunggu-tunggu. Ada beberapa poin dari hasil studi yang dilakukan. 

Pertama, sumber daya mineral TB Tembaga sebanyak 1,7 miliar ton dengan kadar 0,47% tembaga dan 0,50 g/t emas (8,1 juta ton tembaga dan 27.Moz emas). Sementara cadangan perdananya sebesar 289 juta ton dengan kadar 0,56% tembaga dan 0,65g/t emas.

Kedua, produksi kumulatif tambang selama 30 tahun sebesar 1,8 juta ton terdiri dari 4,1Moz tembaga dan emas. Kemungkinan cadangan TB Tembaga sebanyak 289 juta ton dan 114,7 juta ton sumber daya tereka. Ini dengan melalui delapan tahun produksi tambang gua sub-level alias sub level cave (SLC). Sementara sisanya melalui block cave (lift 1) produksi. 


Baca Juga: Buyback Saham, Merdeka Copper (MDKA) Siapkan Dana Rp 600 Miliar

Ketiga, net present value (NPV) pasca pajak proyek sebesar US$ 3,0 miliar dengan 7% weighted average cost of capital (WACC) dan internal rate of return (IRR) sebesar 20%. NPV tidak termasuk nilai potensial dari sumber daya yang tersisa dapat dieksploitasi melalui lift masa depan 2 blok gua.

Analis Indo Premier Sekuritas Erindra Krisnawan dalam riset 16 Mei 2023 menjelaskan, asumsi produksi tersebut lebih rendah dari asumsinya sebelumnya. Hasil PFS TB Tembaga cukup positif karena menegaskan kelayakan proyek TB Tembaga. "Meskipun demikian, hasilnya menyiratkan produksi kumulatif yang lebih rendah dari asumsi 1,8 juta ton dengan asumsi umur tambang 30 tahun. Dimana asumsi kami estimasi 2,9 juta ton selama 40 tahun," ujar dia, dalam riset. 

Ini menyiratkan bahwa sebagian besar 1,3 miliar ton dari sumber daya mungkin tetap belum dimanfaatkan hingga produk block cave (BC) lift-1 selesai di tahun 2056. Sementara produksi dengan SLC diharapkan produksi pada tahun 2026. 

Indikasi belanja modal di awal proyek TB Tembaga sebesar US$ 757 juta untuk SLC dan US$ 2 miliar untuk pengembangan BC. Pengembangan ini akan positif setelah melihat kelayakan fase produksi SLC yang diharapkan bisa berkontribusi pada tahun 2026. Sehingga bisa menghasilkan arus kas yang lebih cepat. Asumsi manajemen menjelaskan, EBITDA kumulatif dari proyek ini sebesar US$ 3 miliar pada tahun 2026-2034. 

Baca Juga: Saham Emiten Nikel Tertekan di Akhir Pekan, Simak Rekomendasi Saham dari Para Analis

Untuk mendanai proyek tersebut, MDKA akan berutang dan menggandeng mitra strategis. "Kami memperkirakan net gearing MDKA mungkin akan naik untuk sementara menjadi 49% hingga tahun 2025, ini mencerminkan pendanaan utang untuk proyek tersebut," ujar Erindra dalam riset. 

Indo Premier Sekuritas menyarankan beli saham MDKA dengan target harga Rp 4.340. Target ini lebih rendah dari proyeksi Indo Premier Sekuritas sebelumnya di Rp 5.460 per saham. 

"Kami merevisi lebih rendah valuasi saham MDKA karena valuasi TB Tembaga sebesar US$3,9 miliar (dari proyeksi sebelumnya US$ 6,8 miliar," terang Erindra dalam riset. Namun, nilai aset nikel MDKA, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencerminkan kapitalisasi pasar saat ini. Dia menyebut, koreksi harga saham MBMA baru-baru ini sebagian mencerminkan pasar kekhawatiran atas kelayakan proyek TB Tembaga yang harus ditangani pasca rilis PFS. 

Namun menurut Erindra, risiko utama dari MDKA adalah harga logam yang lebih lemah dan penundaan proyek.

Baca Juga: Merdeka Copper Gold (MDKA) akan Buyback Saham hingga Rp 600 Miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana