Hasnul Suhaimi: Untung investasi properti



JAKARTA. Ada tiga tipe investor berdasarkan pemilihan portofolio investasi. Konservatif, moderat dan agresif. Bagi, Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk tipenya adalah konservatif.

Itu terlihat dari portofolio investasi yang ia genggam saat ini. Yaitu sebanyak 75% di properti. Sedangkan sisanya, di obligasi, obligasi negara ritel dan reksadana.

Hasnul mengaku awal mula berinvestasi dari hasil tabungan saat bekerja di Indosat. Pilihan investasi pertama Hasnul adalah properti. Ia mengaku awal membeli properti bukan untuk investasi. Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat itu, membutuhkan properti sebagai tempat tinggal.


Ia memilih tanah di Perumahan Qariyah Thayibah (PQT), Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada tahun 1985. Hasnul kemudian membangun rumah di atas tanah seluas 990 m² tersebut. "Saya baru membangun rumah setelah tiga tahun saya beli," ujar lulusan Institut Teknologi Bandung. Saat itu, Hasnul juga menambah kepemilikan rumah di wilayah yang sama sebanyak lima kaveling.

Pertama kali berinvestasi tanah, Hasnul membeli seharga Rp 40.000 per m². Ada juga tanah yang ia beli seharga Rp 80.000 hingga Rp 175.000 per m².

Hasnul mengaku pernah membeli tanah seluas 600 m² dengan harga beli tanah Rp 175.000 per m². Ia kemudian menjual tanah tersebut dengan harga jual Rp 2,5 juta per m² sekitar tiga tahun yang lalu. "Saya cukup untung," ujar Hasnul.

Merasa cukup untung berinvestasi properti. Hasnul kemudian menambah properti dengan membeli rumah di kawasan Pondok Indah. Saat itu, dia membeli rumah tersebut seharga Rp 6 miliar. Rumah itu sekarang disewakan Hasnul kepada seorang warga negara asing.

Ketika Hasnul membeli rumah tersebut, kondisinya tidak terurus. Maklumlah, rumah itu terbilang sudah berumur. Hasnul pun merasa perlu merenovasi rumah itu. Dan pekerjaan itu tidak sia-sia karena rumah tersebut sekarang mendatangkan penghasilan sewa.

Bahkan, rumah itu sudah ada yang menawar seharga Rp 8 miliar. "Sebenarnya kalau saya jual rumah itu sudah untung. Tapi saya merasa sudah capek merenovasi," ujar dia.

Hasnul tak hanya berinvestasi di landed house. Ia juga membeli apartemen. "Saya membeli apartemen di Bellagio Mansion, Kuningan," ujar dia. Saat, dibeli harganya Rp 2 miliar. Apartemen itu juga disewakan. Namun, setelah pemboman JW Marriot dan Ritz Carlton, Hasnul memutuskan menjual dengan harga yang sama.

Investasi di obligasi

Menjelang pensiun, Hasnul sudah mempersiapkan rumah di Sentul. "Saya termasuk tipe investor yang konservatif karena tidak punya banyak waktu mengurus," kata dia.

Selain properti, Hasnul juga berinvestasi di beberapa obligasi ritel negara (ORI), obligasi dan reksadana. Menurut dia, pilihan investasi ini sudah sesuai dengan karakternya. Bagi Hasnul, pilihan investasi harus searah dengan prinsip. Selain itu, investor juga harus betul-betul melihat dan memahami kondisi pasar sehingga investasinya bisa terpegang.

Sebelum mencoba berinvestasi, Hasnul juga pernah mencoba berusaha. Dua kali dia mencoba berwiraswasta. Pertama, berkebun cabe di tahun 1999. Namun ternyata, harga jual cabe jatuh karena banyaknya pasokan. Ia dan rekannya mengaku menderita kerugian cukup besar kali itu. "Ruginya sepertiga dari harga mobil Mercedes Benz," papar dia.

Kedua, Hasnul mencoba membuka rumah makan padang. Namun ternyata penjualannya tidak naik. Analisa Hasnul, peruntungannya memang tidak di usaha riil. Dia pun memutuskan berinvestasi saja.

Hasnul pun mengajarkan investasi kepada istri dan anak-anaknya. Sekarang, istri sudah aktif trading saham. Dia juga memberi modal kepada anak-anaknya main saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana