KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang alias stunting menjadi salah satu permasalahan pelik di tanah air. PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (
NAYZ) hadir sebagai salah satu perusahaan makanan bayi yang berperan dalam mengentaskan permasalahan stunting di Indonesia. Direktur Utama Hassana Boga Sejahtera Lutfiel Hakim, mengatakan, NAYZ memiliki beberapa produk yang dikhususkan untuk memenuhi gizi bayi. Beberapa produk tersebut di antaranya Nayz Bubur MPASI, Bubur Nayz Tematik, Bubur Nayz Kaleng, Nayz Cereal, Kaldu Nayz, dan Nayz Puding Susu. Produk-produk ini pun telah tersertifikasi oleh beberapa lembaga terpercaya, seperti Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Organik Indonesia, serta Halal MUI.
Produk andalan dari Hassana Boga antara lain Nayz, yakni makanan pendamping ASI (MPASI) homemade, organik dan fortifikasi. Produk ini berbahan dasar beras organik, diperkaya campuran sayuran hijau seperti brokoli, wortel, buncis, sebagai protein nabati dan ikan, ayam, sapi sebagai protein alami ini sebagai MPASI Pokok. Lutfiel menjelaskan, prospek industri dari NAYZ terbilang menarik. Diproyeksikan pada tahun 2035, populasi di Indonesia akan mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat besar.
Baca Juga: Begini Rencana Bisnis Hassana Boga Sejahtera (NAYZ) Usai IPO Kenaikan volume pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 67 juta orang, atau sebesar 28% dari 2010 sampai 2035. Adapun kelahiran bayi di Indonesia saat ini ada di angka 4,8 sd 5 juta per tahun. Angka ini cukup menjadi dasar produk-produk terkait keperluan bayi banyak diminati. Namun, Lutfiel mengakui, persaingan di industri makanan bayi cukup ketat. NAYZ memiliki cukup banyak pesaing di dalam industri ini, di mana terdapat beberapa pemain besar yang sudah lama beroperasi. Di sisi lain, diferensiasi produk yang dihasilkan oleh para produsen juga berbeda, yang menjadi bahan konsiderasi bagi ibu dalam memilih produk yang tepat untuk bayinya. Untuk itu, NAYZ mengambil posisi yang unik, yaitu di pasar produsen non instan yang dimasak secara
homemade. Secara
brand awareness, Hakim mengklaim produk buatan NAYZ masuk ke jajaran 10 besar.”Karena produk kami lebih banyak dikonsumsi para ibu secara militan dari rumah ke rumah, dan rata-rata (mereka) suka,” kata Lutfiel. Ekspansi ke pasar ekspor Saat ini, pemasaran produk NAYZ terus dibangun dengan fokus utama penetrasi pasar Sumatra dan Jawa. Di Sumatra, saat ini NAYZ telah memiliki sekurangnya empat distributor di wilayah berbeda, yakni Medan, Batam, Palembang dan Lampung. Di pulau Jawa, NAYZ memiliki distributor di Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, Klaten, Yogyakarta, dan Purwokerto. Di pulau Kalimantan, distributor NAYZ terletak di Banjarmasin dan Samarinda. Di Sulawesi, terdapat distributor di Manado dan Makassar. Sementara itu di Bali dan Lombok juga tersedia distributor produk NAYZ. Untuk menggeber penjualan, NAYZ memasuki pasar modern trade dan general trade, dimulai pada tahun 2022 dengan melakukan rekrutmen distributor secara bertahap serta memasuki pasar modern seperti Alfamidi hingga Lotte. NAYZ akan menggeber sejumlah ekspansi seusai mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satunya melakukan ekspor ke sejumlah negara.
Lutfiel mengatakan NAYZ sebenarnya sudah menjajaki rencana ekspor ke Malaysia pada tahun lalu. Untuk tahun ini, manajemen akan mencoba untuk mendalami lagi potensi dan ekspor ke negeri Jiran tersebut. “Karena produk kami di negara-negara yang lebih berkembang dan lebih maju sebetulnya cukup diterima. Ini karena keinginan para ibu untuk lebih sehat anaknya, dan produk kami mudah dimasaknya, hanya sekitar 30 menit (memasaknya),” kata dia. Adapun penjajakan ekspor akan difokuskan di kawasan Asia Tenggara. Ini karena produk NAYZ berbasis beras, sedangkan konsumen beras yang paling banyak terdapat di kawasan ini. Selain membidik pasar ekspor, NAYZ juga akan memakan dana hasil
initial public offering (IPO) untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sekitar Rp 30 miliar dana hasil IPO akan digunakan NAYZ untuk belanja modal berupa pembangunan pabrik, pembelian mesin, dan peralatan pabrik yang berlokasi di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lutfiel menyebut, saat ini kapasitas terpasang pabrik NAYZ saat ini di rentang 800.000 unit sampai 1 juta unit. Setelah pembangunan pabrik ramping pada 2024, kapasitas produksi bisa bertambang 5 kali sampai 10 kali dari kapasitas saat ini. Dari sisi kinerja, NAYZ membidik pendapatan Rp 43 miliar tahun ini. Sementara dari sisi bottomline, emiten pendatang baru ini menargetkan laba bersih setelah pajak sebesar 13% sampai 15% dari pendapatan.
Harga Saham Terkoreksi Sejak IPO Dalam gelaran initial public offering (IPO), NAYZ melepas sebanyak 510 juta saham atau sebanyak 20% dari total kepemilikan saham setelah penawaran umum, dengan harga penawaran Rp100. Alhasil, NAYZ mengumpulkan dana sebanyak Rp 51 miliar dari aksi korporasi ini. Selama penawaran umum, NAYZ mencatatkan telah mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 31,74 kali. Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham akan digunakan untuk beberapa kepentingan. Pertama, sekitar Rp 4,21 miliar akan digunakan oleh NAYZ untuk belanja modal berupa pelunasan pembelian tanah yang berlokasi di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pembelian tanah ini akan digunakan untuk pembangunan pabrik
Kedua, sekitar Rp 30 miliar akan digunakan NAYZ untuk belanja modal berupa pembangunan pabrik, pembelian mesin, dan peralatan pabrik yang berlokasi di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ketiga, sisa dana IPO akan digunakan NAYZ untuk modal kerja seperti pembelian bahan baku, marketing dan promosi, dan biaya operasional NAYZ. Hanya saja, saham NAYZ berkinerja kurang prima. Sejak perdagangan perdana, saham NAYZ sudah anjlok 28%, dan saat ini bertengger di level Rp 72. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari