Hati-hati, emas bukan barang sakti



JAKARTA. Keberadaan emas sebagai barang berharga sudah banyak orang maklum. Nilai logam mulia utama ini diyakini banyak orang bakal terus naik seiring dengan keberadaan emas yang terus menipis di perut bumi.

Namun, kendati pesona emas seolah tak pernah surut sebagai aset incaran para pemodal, emas sejatinya tidak berbeda dengan komoditas pasar lain yang memiliki fluktuasi harga.

Tahun 2013 ini tertoreh menjadi tahun buruk bagi komoditas emas. Harga emas sempat melorot hingga di bawah US$ 1.200 per ons troi. Kini harga emas telah kembali membal di kisaran US$ 1.361 per ons troi, Selasa (29/10).


Ada satu hal yang bisa kita pelajari dari tren penurunan harga emas saat ini, yaitu klaim para penjualnya tentang kemustahilan penurunan harga emas adalah dusta belaka. Dengan memahami karakteristik emas yang juga berisiko turun harga laiknya instrumen investasi lain, cara pandang kita pada emas bisa jernih alias tidak membabi buta.

“Emas adalah alat lindung nilai aset, selain merupakan instrumen pembantu kita mencapai tujuan keuangan,” ujar Mohammad B. Teguh, perencana keuangan QM Financial.

Kekeliruan memahami fungsi emas dalam perencanaan keuangan kerap membikin orang terjebak menjadikan emas sebagai tujuan keuangan.

Imbasnya, orang rela bersusah-susah berutang sekadar untuk memiliki emas. “Sedang untuk apa emasnya malah belum jelas. Kalau untuk disimpan saja, ya, buat apa?” kata Teguh.

Koleksi emas secukupnya saja sesuai kebutuhan dan tujuan keuangan Anda. Misalnya, sebagai bagian dana darurat, persiapan dana sekolah anak 7 tahun lagi. Jika Anda tidak terbiasa trading, jangan sekali-kali berspekulasi membeli emas untuk meraih keuntungan jangka pendek. Percayalah, emas bukanlah benda sakti yang bakal selalu naik harganya! o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah