Hati-Hati! Ini Beban Berat Laju Konsumsi Rumah Tangga Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom melihat tantangan lebih berat yang menghantui prospek pertumbuhan konsumsi rumah tangga ke depan. Tantangan ini akan terasa terutama di semester kedua 2023.

"Ini akan menjadi hambatan utama pemulihan konsumsi rumah tangga, yang kemudian menahan pertumbuhan ekonomi," terang Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira kepada Kontan.co.id, Jumat (9/6). 

Bhima pun memerinci berbagai hal yang dapat memengaruhi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pertama, normalisasi harga komoditas yang kemudian melemahkan kinerja ekspor Indonesia. 


Baca Juga: Ada Indikasi Pelemahan Daya Beli yang Gerus Pontensi Pertumbuhan Kuartal II-2023

Ini akan memengaruhi pendapatan masyarakat yang bergerak di sektor komoditas. Bila pendapatan turut tergerus, maka daya beli pun melemah. 

Kinerja ekspor yang melemah juga seiring dengan negara tujuan ekspor Indonesia yang pertumbuhannya mungkin di bawah perkiraan.

Kedua, potensi peningkatan inflasi pangan karena kekeringan akibat El Nino. Ini juga akan mengerek inflasi umum. Bila harga-harga kembali melambung, maka akan menghambat pertumbuhan konsumsi rumah tangga. 

Ketiga, faktor psikologis makin dekat dengan pemilihan umum 2024. Di sini, bisa saja masyarakat lapisan menengah atas akan menahan belanja untuk konsumsi. 

"Apalagi Oktober 2023 nanti penentuan calon wakil presiden. Maka, efeknya akan kemana-mana," tambah Bhima. 

Baca Juga: Harga Gula Rafinasi Naik, Begini Tanggapan Produsen Makanan-Minuman

Lebih lanjut, dengan perkembangan terkini Bhima melihat pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang 2023 tak akan lebih dari 5%. 

Dari perhitungannya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan berada di kisaran 4,8% YoY hingga 5% YoY. 

Ini kemudian membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2023 berada di kisaran 4,7% YoY hingga 5% YoY. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati