Hati-hati rasio kredit macet bisa meningkat



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperingatkan perbankan agar memperhatikan risiko kredit. Jika perbankan tidak meningkatkan kehati-hatian, risiko ini berpotensi meningkat pada akhir semester I-2013.Berdasarkan stress test indeks tekanan perbankan (ITP), potensi tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit. Berdasarkan simulasi tersebut, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) akan terus menanjak sejak awal tahun 2013 dan menjadi 5,39% pada Juni nanti (lihat tabel). NPL tersebut meningkat 310 basis poin (bps), dibandingkan akhir 2012 yang mencapai 2,29%. kredit bermasalah ini juga lebih tinggi ketimbang batas atas NPL yang ditetapkan BI sebesar 5%.Selain resiko kredit, sepanjang semester I-2013, perbankan juga berpotensi mendapat tekanan dari likuiditas dan profitabilitas. Likuditas berpotensi mengalami penurunan menjadi -4,1% pada Januari dibandingkan sebelumnya -2,56% pada Desember 2012. Kendati begitu, potensi penuruna likuiditas tersebut masih di atas treshold waspada ITP sebesar -6,85%.Dari sisi profitabilitas, return on asset (RoA) berpotensi tertekan, terutama pada Maret 2013 ,dengan penurunan sebesar 42 bps. Sehingga total penurunan RoA sebesar 94 bps dibandinkan posisi akhir tahun lalu menjadi 2,14% di akhir semester I 2013.Dari variabel pembentuk ITP, hanya di permodalan yang tidak terlalu terasa tekanannya. Stress test ITP menggunakan skenario produk domestik bruto (PDB) yang turun hingga 0% sepanjang tahun 2013. "Meski tertekan, peningkatan ITP masih berada dalam batas normal." ujar BI dalam laporannya.Direktur Komersial dan Syariah Bank CIMB Niaga, Handoyo Soebali, mengatakan mengantisipasi kredit bermasalah, pihaknya selektif menyalurkan kredit. Bank yang mayoritas sahamnya milik investor Malaysia ini selalu melihat profil usaha, pasar produk dan pemasaran, jaminan, agunan serta pengajuan nilai pinjaman sebelum menyetujui permohonan nasabah.Direktur UMKM Bank Rakyat Indonesia (BRI), Djarot Kusumajakti, menambahkan bunga kredit merupakan cara menjaga NPL. Nasabah berprofil risiko tinggi menanggung bunga tinggi. BRI juga menyesuaikan tenor usaha dengan perputaran bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Roy Franedya