Hati-hati, rupiah rawan koreksi lagi di awal pekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang dirilis positif dan yield US Treasury berpotensi masih terus naik membuat kurs rupiah berpotensi kembali melemah. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (5/3) kurs rupiah melemah 0,23% ke Rp 14.300 per dolar AS. Sementara, rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor) tercatat melemah 0,50% ke Rp 14.371 per dolar AS.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan data ketenagakerjaan AS yang positif memunculkan kekhawatiran yield US Treasury kembali naik. Jika yield obligasi AS terus naik, rupiah bisa kembali tertekan. 


Jumat (5/3), data non-farm employment change AS tercatat lebih tinggi di 370.000 dari ekspektasi di 197.000. Sementara, data pengangguran AS dirilis lebih baik dengan hanya 62% dari ekspektasi di 63%. 

Suluh Adil Wicaksono, Senior Business Manager PT Royal Trust Futures mengatakan tren penurunan indeks harga saham gabungan selama tiga hari terakhir membuat rupiah melemah. Selain itu, indeks dolar AS juga cenderung bergerak menguat hingga level 91,3. 

Baca Juga: Rupiah melemah 0,46% dalam sepekan, begini proyeksinya pekan depan

"Faktor lain yang membuat menarik untuk membeli dollar AS karena rupiah sepanjang Februari menguat di bawah 14.000 per dollar AS," kata Suluh. 

Oleh karena itu, Suluh memproyeksikan rupiah di awal pekan masih berpotensi melemah tipis. 

Meski, nilai tukar rupiah diproyeksikan melemah, Josua tetap optimistis nilai tukar rupiah berpotensi tetap stabil karena intervensi BI. 

"Pelaku pasar bisa lebih tenang dengan BI yang tetap lakukan beragam intervensi pasar untuk menjaga rupiah stabil, tidak menyentuh Rp 14.500 per dolar AS," kata Josua, Jumat (5/3). 

Di satu sisi cadangan devisa Indonesia yang naik di periode Februari juga menambah ketahanan rupiah. 

Josua memproyeksikan rupiah pada Senin (8/3), berada di Rp 14.250 per dolar AS hingga Rp 14.350 per dolar AS. 

Sementara, Suluh memroyeksikan rupiah bergerak di Rp 14.425 per dolar AS-Rp 14.325 per dolar AS.

Selanjutnya: Begini proyeksi ekonom terkait cadangan devisa beberapa bulan ke depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi