JAKARTA. Pemerintah berharap, masyarakat bukan pengguna bahan bakar minyak (BBM) subsidi bisa menahan diri agar tak beralih dari bahan bakar Pertamax ke Premium. Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa, aksi perpindahan penggunaan BBM bisa menambah beban pemerintah sehingga kuota BBM subsidi akan melampaui target yang ditentukan sebesar 38,6 juta kiloliter. "Kami menghimbau, masyarakat yang sudah mampu agar tidak ikut-ikutan pindah dari Pertamax ke Premium. Kasihan beban pemerintah, kita hanya punya 38,6 juta kiloliter," kata Hatta.Hatta mengakui, semenjak harga Pertamax naik lantaran terdorong lonjakan harga minyak, akan ada perpindahan konsumsi dari Pertamax ke Premium dengan jumlah yang cukup signifikan. "Memang akan terjadi hal seperti itu. Walaupun tidak ada larangan pembatasan penggunaan premium," jelasnya. Sejauh ini, pemerintah belum menetapkan kebijakan lain untuk mengatasi hal itu. Padahal, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatatkan, realisasi konsumsi BBM bersubsidi hingga kuartal I-2011 telah mencapai 9,685 juta kilo liter atau sekitar 25% dari target APBN 2011.Plt BKF Bambang Brodjonegoro mengatakan, jumlah konsumsi BBM bersubsidi itu berarti lebih besar 6,85% dari realisasi pada kuartal IV-2010 yang sebesar 9,064 juta kiloliter. "Realisasi penjualan BBM bersubsidi menunjukkan kecenderungan yang meningkat," singkatnya.Bambang menilai, kecenderungan peningkatan tersebut lantaran bertambahnya jumlah volume kendaraan di Indonesia. "Ya mungkin karena bertambahnya kendaraan," tandasnya.
Hatta himbau masyarakat jangan tambah beban pemerintah
JAKARTA. Pemerintah berharap, masyarakat bukan pengguna bahan bakar minyak (BBM) subsidi bisa menahan diri agar tak beralih dari bahan bakar Pertamax ke Premium. Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa, aksi perpindahan penggunaan BBM bisa menambah beban pemerintah sehingga kuota BBM subsidi akan melampaui target yang ditentukan sebesar 38,6 juta kiloliter. "Kami menghimbau, masyarakat yang sudah mampu agar tidak ikut-ikutan pindah dari Pertamax ke Premium. Kasihan beban pemerintah, kita hanya punya 38,6 juta kiloliter," kata Hatta.Hatta mengakui, semenjak harga Pertamax naik lantaran terdorong lonjakan harga minyak, akan ada perpindahan konsumsi dari Pertamax ke Premium dengan jumlah yang cukup signifikan. "Memang akan terjadi hal seperti itu. Walaupun tidak ada larangan pembatasan penggunaan premium," jelasnya. Sejauh ini, pemerintah belum menetapkan kebijakan lain untuk mengatasi hal itu. Padahal, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatatkan, realisasi konsumsi BBM bersubsidi hingga kuartal I-2011 telah mencapai 9,685 juta kilo liter atau sekitar 25% dari target APBN 2011.Plt BKF Bambang Brodjonegoro mengatakan, jumlah konsumsi BBM bersubsidi itu berarti lebih besar 6,85% dari realisasi pada kuartal IV-2010 yang sebesar 9,064 juta kiloliter. "Realisasi penjualan BBM bersubsidi menunjukkan kecenderungan yang meningkat," singkatnya.Bambang menilai, kecenderungan peningkatan tersebut lantaran bertambahnya jumlah volume kendaraan di Indonesia. "Ya mungkin karena bertambahnya kendaraan," tandasnya.