Heboh akun Twitter para pesohor dunia diretas, ternyata begini cara kerjanya



KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Aksi peretasan luar biasa yang menghantam Twitter pada Rabu (15/7) membuka mata para pengguna media sosial. Bahwa seberapa tangguhnya keamanan yang dimiliki sebuah perusahaan teknologi, celah untuk diretas akan selalu ada.  

Perusahaan sebesar Twitter harus menghadapi hari-hari beratnya ketika secara singkat beberapa akun yang paling banyak diikuti para pengguna berhasil diretas. Ini menimbulkan pertanyaan tentang keamanan platform itu dan ketahanannya menjelang pemilihan presiden AS.

Baca Juga: Diretas, akun Twitter Bill Gates, Jeff Bezos, Warren Buffett minta Bitcoin


Seperti dikutip Reuters, Kamis (16/7), Twitter mengatakan pada Rabu malam, peretas memperoleh kendali atas kredensial karyawan untuk membajak akun termasuk calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, mantan presiden Barack Obama, bintang televisi realita Kim Kardashian, dan miliarder teknologi dan pendiri Tesla, Elon Musk.

Dalam serangkaian tweet, Twitter mengatakan: "Kami mendeteksi apa yang kami yakini sebagai serangan rekayasa sosial terkoordinasi oleh orang-orang yang berhasil menargetkan beberapa karyawan kami dengan akses ke sistem dan alat internal."

Baca Juga: CEO Twitter Jack Dorsey beri keterangan terkait peretasan akun sejumlah tokoh dunia

Para peretas kemudian "menggunakan akses ini untuk mengendalikan banyak akun dan Tweet yang sangat terlihat (termasuk yang diverifikasi) atas nama mereka."

Pernyataan perusahaan mengonfirmasi kekhawatiran para ahli keamanan bahwa layanan Twitter bisa disalahgunakan.

Peran Twitter sebagai platform komunikasi penting bagi kandidat politik dan pejabat publik, termasuk Presiden Donald Trump, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa peretas dapat menimbulkan kekacauan dalam Pemilu AS pada 3 November mendatang. Ada kekhawatiran juga lemahnya keamanan di sosial media bisa membahayakan keamanan nasional.

Baca Juga: Twitter Bill Gates, Bezos, Obama, Biden, Musk diretas, ini cara mengamankan akun Anda

Adam Conner, wakil presiden untuk kebijakan teknologi di Center for American Progress mengatakan  di Twitter: "Kejadian buruk pada 15 Juli, tetapi akan jauh lebih buruk pada 3 November," ujarnya. 

Editor: Rizki Caturini