Heboh fenomena laut bercahaya di Selatan Jawa, ini penjelasannya



KONTAN.CO.ID - Ramai di media sosial soal fenomena laut bercahaya di Selatan Jawa pada Rabu (8/9). Foto tersebut diambil oleh satelit dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yang mendeteksi keberadaan Milky Seas di laut Selatan Jawa. 

Beberapa warganet yang baru mengetahui hal tersebut berasumsi, fenomena laut itu terjadi karena pergerakan lempeng. "Mungkin itu buih-buih air karena terjadi pergerakan lempeng Bumi bawah laut, siap-siap saja gempa dahsyat Jawa," tulis pengguna Twitter. 

Lalu, apa sebenarnya fenomena tersebut? 

Dilansir dari situs jurnal Nature, para peneliti dari AS menemukan Milky Seas (lautan susu karena dalam satelit terlihat seperti larutan susu) berukuran besar di Samudra Hindia bagian Timur, atau tepat di Selatan Jawa. 

Temuan ini berdasarkan pencitraan dari alat pendeteksi Milky Seas bernama Day/Night Band (DNB). 

Baca Juga: Fenomena langka tertangkap teleskop Hubble, penampakan spektakuler!

Keberadaan Milky Seas di Selatan Jawa ini terjadi pada 2019, dan peristiwa ini berlangsung selama dua siklus bulan penuh yakni 26 Juli-9 Agustus 2019 dan 25 Agustus-7 September 2019. 

Pada malam 25 Juli, DNB mendeteksi anomali bercahaya di Selatan Surakarta, Jawa, dekat 9,5 derajat LS, 111 derajat BT. Deteksi di tengah kondisi cahaya bulan yang moderat menunjukkan sumber emisi yang sangat kuat. 

Diketahui, luas area lautan yang berwarna ini atau dikenal Milky Seas kira-kira 100.000 meter persegi atau setara dengan luas Islandia. Namun, fenomena ini tidak terdeteksi pada siang hari. 

Penyebab terjadinya Milky Seas 

Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan pada Pusat Riset Kelautan, Badan Riset, dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Widodo Setiyo Pranowo menjelaskan, pengertian Milky Seas.

"Milky Seas itu terminologi ketika permukaan laut dengan area yang sangat luas berwarna terang seperti putihnya susu, sehingga ketika malam hari pun bisa terdeteksi/terlihat glowing dari satelit," ujar Widodo kepada Kompas.com, Rabu (8/9).

Baca Juga: Perpindahan kalor: Mulai konduksi hingga radiasi termasuk contohnya

Editor: S.S. Kurniawan