Hedging ke Stablecoin Bisa Jadi Pilihan di Tengah Terpuruknya Berbagai Aset Kripto



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang antara Rusia dan Ukraina semakin berkecamuk dan belum ada tanda-tanda gencatan senjata dalam waktu dekat. Periode penuh ketegangan ini pada akhirnya membuat pasar diselimuti ketidakpastian. 

Imbasnya, aset berisiko pun dijauhi dan para investor beralih ke safe haven. Tengok saja harga aset kripto yang berguguran dalam beberapa hari terakhir. Tak sedikit pula pengamat kripto global yang menyarankan investor kripto melakukan hedging ke stablecoin di tengah kondisi seperti ini.

CEO Triv Gabriel Rey mengaku melakukan hedging ke stablecoin bisa jadi pilihan bagi para investor kripto. Ia menjelaskan, di saat adanya ketidakpastian di pasar, aset berisiko seperti Bitcoin dan berbagai aset kripto lainnya akan tertekan, sehingga memindahkan dana ke stablecoin merupakan opsi yang bisa diambil.


Baca Juga: USDC dan BUSD Dinilai Sebagai Pilihan Stablecoin Paling Aman Saat Ini

“Stablecoin jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat yang berbentuk fisik. Salah satu keunggulannya adalah potensi melakukan stacking untuk mendapatkan bunga,” kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Sabtu (26/2).

Gabriel mencontohkan, di Triv, jika investor melakukan stacking melalui TerraUSD (UST), bunga yang didapat bisa mencapai 10%. Jadi, walaupun secara harga pergerakan stablecoin akan selalu stabil, tapi bunga dari stacking bisa dijadikan sumber keuntungan di tengah situasi seperti ini.

Kendati begitu, ia mengingatkan investor untuk tetap selektif dalam memilih stablecoin yang transparan dan teregulasi. Beberapa stablecoin yang direkomendasikan adalah Binance USD (BUSD), USD Coin (USDC), dan UST.

Baca Juga: Analis Prediksi Harga Kripto Bitcoin dll Akan Melonjak Lagi, Ini Penyebabnya

Gabriel menjelaskan, BUSD merupakan stablecoin yang secara compliance paling baik karena diterbitkan oleh Paxos yang sudah teregulasi di New York. Tak hanya itu, BUSD juga menjadikan mata uang fiat sebagai underlying asset. Sementara untuk USDC dan UST punya aset dasar berupa campuran surat utang dan mata uang fiat.

“Sedangkan Tether (USDT) justru tidak dijelaskan alias tidak transparan. Jadi, sebaiknya memang tidak memegang USDT dalam jumlah yang banyak,” imbuhnya.

Kendati begitu, Gabriel juga menyarankan investor untuk melirik opsi lain selain melakukan hedging ke stablecoin, yakni melakukan Dollar Cost Averaging (DCA). Menurutnya, dalam beberapa waktu ke depan akan ada potensi Bitcoin dan aset kripto lainnya menguat. Terlebih, koreksi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir sudah terlalu dalam.

“Jadi ada potensi recovery kecil untuk harga aset kripto, oleh sebab itu, DCA bisa dijadikan pilihan,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati