Helm jadi empuk, cuan pun menumpuk



Sepeda motor termasuk salah satu transportasi favorit masyarakat. Tak heran, penjualan kendaraan roda dua terus naik. Tahun lalu, menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), produksi sepeda motor di dalam negeri mencapai 7,7 unit. Nah, tahun ini, diprediksi produksi sepeda motor naik mencapai angka 8 juta unit.Pertumbuhan populasi kendaraan roda dua ini melahirkan peluang usaha baru. Berkah dari peningkatan populasi sepeda motor juga dirasakan oleh pemilik usaha lain, misalnya produsen busa helm. Usaha ini memang belum populer karena masyarakat mengira perusahaan-perusahaan helm besar memproduksi sendiri busa pelapis helm. Padahal, mereka membeli busa itu dari vendor.Adalah Andri Primadi yang sudah menjajal usaha produksi busa helm sejak tahun 2000. Di bawah bendera PT Prima Sukses Gemilang, ia memproduksi rata-rata 6.000 busa helm saban bulan. Bahkan, jika sedang ramai pemesanan bisa melonjak hingga 9.000 busa helm per bulan. Kepada KONTAN, Andri bilang, usahanya bisa meraup pendapatan sekitar Rp 600 juta saban bulan.Menurut Andri, untuk menjadi rekanan perusahaan helm memang tidak mudah. Sebagai perusahaan besar, mereka menuntut kualitas yang bagus serta produksi konsisten. Makanya, meski potensi usaha busa helm terbilang sangat lebar, tak banyak yang berani mencemplungkan diri di bisnis ini. Lantaran belum banyak pemain yang berkomitmen dalam memasok busa helm berkualitas secara konsisten, bisnis Andri pun melenggang.  “Saya merasa aman dalam persaingan,” ujar pria kelahiran Jakarta, 21 September 1974 ini. Kompetisi usaha busa helm tidak terlalu berat lantaran pemainnya memang masih sangat terbatas. Yang jadi pesaing antara lain adalah produsen busa helm yang dikelola dalam skala rumah tangga dan industri helm pabrikan yang masih memproduksi sendiri busa helm. Menurut Andri keterbatasan pemain ini disebabkan margin laba bersih usaha ini yang kerdil. Andri, ambil contoh, hanya mendapat keuntungan bersih sebesar 17% dari usaha ini. Di samping itu, pemesan pun terbatas. “Berbeda dengan industri garmen yang sudah jelas pasarnya dan sangat luas karena semua orang pasti membutuhkan pakaian,” tandasnya.Lagipula, pembuatan busa helm ini cukup merepotkan karena banyak pernak-pernik yang harus dipenuhi. Jadi, belum banyak orang yang melirik usaha ini. Namun, menurut pandangan Andri, peluangnya masih menjanjikan asalkan bisa menjual busa helm dalam kuantitas yang banyak. Hal senada juga diungkapkan Syafeii, produsen busa helm di Surabaya, Jawa Timur. Syafeii bilang, untuk tiap satu unit sepeda motor, rata-rata kebutuhan helm mencakup dua helm orang dewasa dan dua helm anak-anak. Jumlah ini juga bisa ditambah dengan orang yang membeli dua helm untuk cadangan atau kebutuhan ganti helm.Jahitan jadi nilai jualAnda tertarik menjajal usaha ini? Andri bilang, modal untuk memulai usaha ini memang cukup besar. Saat mengawali usaha ini pada 14 tahun silam, dia merogoh kocek sebanyak Rp 20 juta sebagai modal. Lantaran juga punya usaha garmen, Andri sudah memiliki mesin jahit dan tempat pengerjaan. “Kalau mulai dari awal pasti lebih besar dari itu,” tutur dia.Modal awal digunakan untuk membeli bahan baku berupa busa dan perlengkapan mesin pres untuk memanaskan busa. Agar bisa ditekuk sesuai kebutuhan, busa helm harus dipanaskan dulu. Andri juga membeli puluhan jenis helm dari berbagai merek sebagai stok. Helm ini kemudian dibongkar olehnya. Dari situ, ia meneliti kelebihan dan kekurangan masing-masing helm. Kebanyakan kliennya merupakan perusahaan helm skala besar. Setidaknya ada tujuh pabrik helm yang mengorder busa helm di Jawa Barat dan Jawa Timur dari PT Prima Sukses Gemilang. Untuk klien seperti itu, Andri membuat perencanaan produksi dan kontrol inventori yang ketat.Jadi, dia sudah punya production planning and inventory control (PPIC) untuk pemesanan selama setahun ke depan. Namun, PPIC ini ia review tiap semester. “Ini memudahkan saya untuk mengefektifkan pengerjaan busa helm, terutama dari segi biaya,” tegas dia.Jadi, klien memproduksi batok helm dan stereofoam yang bulat. Selanjutnya, mereka memesan busa sesuai dengan tipe helm yang mereka buat. Klienlah yang menentukan ukuran dan jenis yang dibutuhkan. Andri tinggal mengirimkan pesanan busa untuk dipasang pada helm produksi mereka. Namun, karena sudah menandatangani perjanjian, Andri tak kuasa menyebutkan perusahaan helm yang jadi kliennya.Selain itu, Andri juga membuat busa helm untuk industri helm kecil-kecilan untuk helm di bawah Rp 50.000. Dengan modal busa Rp 14.000, biasanya helm dijual di pasaran seharga Rp 35.000–Rp 40.000 per item.Klien Andri tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Sebanyak 80% kliennya merupakan perusahaan helm besar, sisanya industri helm skala rumahtangga. “Saya terima juga industri kecil karena proses pengerjaan sama, hanya kualitas bahan baku yang jadi pembeda,” kata dia.Sementara itu, Syafeii fokus memasarkan busa helm untuk pabrik helm berskala kecil-menengah. Menurut dia, belum banyak pemain yang mengincar pasar tersebut. Hingga kini, Syafeii menjual pelapis dalam helm untuk beberapa pabrik yang ada di Pulau Jawa.Ia mematok harga Rp 5.000–Rp 10.000 untuk tiap busa helm yang ia produksi dengan nama usaha Perdana Helm. Dalam sebulan, setidaknya ia mendapat pesanan 1.000 pelapis helm. “Omzetnya lumayan, mencapai Rp 50 juta dan laba bersihnya bisa sekitar 10% sampai 20%,” kata dia.Syafeii menjelaskan pembuatan pelapis helm secara singkat. Setiap merek helm memiliki ukuran dan model yang berbeda-beda. Dari masing-masing ukuran dan model, ia buat dulu polanya atau bisa juga disebut master. Setelah pola jadi, masuk ke proses cutting atau pemotongan busa lalu menjahit. Selanjutnya, ada tahap finishing dan quality control. Andri bilang, proses menjahit yang butuh waktu paling lama karena tingkat kesulitannya yang paling tinggi.Adapun bahan baku, baik Andri dan Syafeii bilang, mudah dijumpai. Meskipun, tidak semua pemasok busa konsisten dalam berat, tingkat kekenyalan, dan kualitas. Pasalnya, di Indonesia belum dikenal ahli busa. Jadi, busa yang ada tampak sama. Sementara, kualitas sebenarnya baru terlihat ketika busa itu dijahit. Untuk menghindari busa dengan kualitas buruk, Andri sudah punya trik sendiri. Ia membuat perjanjian dengan pemasok. Misalkan, dalam satu kali pemesanan sebanyak 500 kg terdapat busa di luar standar, dia berhak mengembalikannya. “Soalnya, saya benar-benar ketat dalam kualitas,” tegas dia. Andri tidak pernah memusingkan soal bahan baku lantaran produksinya yang banyak. Bahkan, ia selalu menyimpan stok bahan baku hingga 20% lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan. Jadi, jika ada perubahan desain dalam waktu singkat, ia bisa menyanggupi. Pengerjaan busa helm yang rapih dan presisi serta tepat waktu menjadi fokus Andri. Wajar jika Andri tidak main-main dalam hal kualitas. Pasalnya, ia dituntut untuk menjaga kestabilan kualitas pelapis helm yang diproduksinya. Hingga kini, PT Prima Sukses Gemilang sudah punya 140 karyawan. Adapun pabrik produksi seluas 600 m² berada di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pabrik ini menampung sekitar 110 unit mesin. Selain itu, Andri juga punya gudang untuk menyimpan stok busa helm seluas 900 meter di Pulogebang.Menurutnya, tempat produksi dan penyimpanan harus dipisah. Tujuannya untuk menghemat penggunaan bahan baku. “Selain itu, juga untuk mempermudah pengawasan,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti ini.Karena harga jual yang rendah, sebisa mungkin usaha ini tidak mengeluarkan biaya produksi yang tinggi. Yang jadi nilai jual dalam usaha ini ialah jahitan yang rapi. Syafeii menuturkan, biaya dalam usaha ini biasanya untuk pembelian bahan baku dan membayar upah karyawan. Bahan baku gampang diatur karena ritme pengirimannya teratur dua minggu hingga tiga minggu berdasarkan perjanjian. Ini memungkinkannya untuk memutar uang. Tapi, untuk karyawan, selain gaji bulanan, ia juga mengeluarkan biaya untuk bayaran upah mingguan berdasarkan produksi.Syafeii melanjutkan, usaha pembuatan busa helm ini ternyata punya musim. Menjelang libur sekolah misalnya, klien memesan banyak helm untuk anak. Produksi helm pun meningkat empat kali lipat. Hal ini juga dialami Andri. Biasanya pesanan untuk helm anak hanya 2.000 item per bulan tapi sebulan sebelum liburan sekolah, naik jadi 8.000 item per bulan. Busa untuk helm anak dibanderol Andri dengan harga Rp 3.000–Rp 11.500 per item. Sementara itu, busa untuk helm orang dewasa mencapai Rp 16.000 per item.  Andri mengaku tak punya kendala berarti dalam menjalankan usaha ini. Malah tantangan datang dari kliennya. Terkadang, perencanaan yang disodorkan klien dengan realisasinya berbeda. Misalnya, klien semula memesan 5.000 helm full face dan 3.000 helm half face. Di tengah jalan, ia bisa mengubah orderan jadi 5.000 helm half face dan 3.000 helm full face dengan alasan perubahan permintaan pasar. Situasi ini jelas menimbulkan ekstra kerja untuk bagian produksi karena Andri sudah punya jadwal.Komitmen menjaga kualitasMesin mengambil peranan penting dalam usaha pembuatan busa helm. Akan tetapi, sumber daya manusia yang paling menentukan dalam menjaga kualitas produk busa helm. Prinsip itu yang dipegang Andri Primadi, pendiri dan pemilik  PT Prima Sukses Gemilang. Itu sebabnya, setiap ada pemesanan helm tipe baru, ia selalu melatih kembali karyawannya. Andri selalu memberi penjelasan secara detail dari awal tahap-tahap pekerjaan maupun model-model busa pelapis helm ini untuk tiap karyawan di bagian produksi, terutama bagian memotong, menjahit, dan inventory control. Walaupun pada dasarnya helm dibagi dua jenis, yakni helm full face dan half face,  modelnya sangat beragam. Jadi, Andri memastikan tiap karyawan produksi memahami prosesnya.Ia bahkan membuatkan tabel berisi penjelasan manual, terutama untuk teknik pembuatan. Jadi, siapa pun yang mengerjakan busa untuk helm tersebut tahu apa yang dikerjakan. “Mesin, karyawan, dan tempat produksi harus jadi perhatian. Makanya, itu yang saya siapkan ketika merintis usaha ini,” tutur Andri.Andri menambahkan, faktor penting lainnya dalam usaha ini ialah komitmen untuk kelangsungan order. Pada dasarnya, cara pembuatan busa helm ini bisa dikatakan mudah. Namun bukan berarti tidak butuh keseriusan dalam pengerjaannya. Selain itu, pemain harus sudah menentukan target pasarnya. Andri mengklaim Prima Sukses Gemilang sudah menguasai 40% pangsa pasar busa helm. Dia bilang, banyak pengusaha busa helm yang harus berhenti di tengah jalan karena tidak tahu ke mana menjual produknya. Mengingat margin keuntungannya yang kecil, penguasaan pasar sangat penting. “Kalau jual dengan kuantitas kecil, cukup susah untuk terus berjalan,” kata dia.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi