Hengjaya Galang Restorasi Mangrove dan Terumbu Karang di Morowali



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Hengjaya Mineralindo bersama Universitas Halu Oleo, Pemerintah Kabupaten Morowali, serta masyarakat lokal Desa One Ete, Desa Tangofa, dan Desa Pulau Bapa melaksanakan gerakan restorasi mangrove dan rehabilitasi terumbu karang. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, yaitu GREEN SHORE dan SEA Tangofa.

Chief Operating Officer Nickel Industries, Tony Green, menyatakan komitmen Hengjaya Mineralindo dalam mengelola lingkungan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. 


Baca Juga: Hengjaya Mineralindo Terima Kunjungan Industri Universitas Halu Oleo

Program ini bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir dan laut yang rusak, mendukung mitigasi perubahan iklim, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian mangrove dan terumbu karang.

Menurut data Carbon Ethics, Indonesia kehilangan 900.000 hektar mangrove dalam 30 tahun terakhir, sementara 33,82 persen dari terumbu karang Indonesia mengalami kerusakan. 

"Hal ini menunjukkan perlunya perhatian serius untuk memulihkan ekosistem pesisir," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (21/11/2024).

Wakil Rektor Universitas Halu Oleo, Nur Arafah, mengapresiasi kerjasama dengan Hengjaya Mineralindo dalam merencanakan dan mengimplementasikan program pelestarian lingkungan. Ia berharap kerjasama ini menjadi contoh kontribusi nyata pendidikan dalam pengabdian kepada masyarakat dan penelitian.

Baca Juga: Komitmen Perusahaan Tambang Nikel Hengjaya Mineralindo Jaga Keseimbangan Ekosistem

Kegiatan restorasi ini mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Morowali, khususnya Dinas Lingkungan Hidup. Muhdar Da’ami, Kepala Bidang Pengendali Pencemaran Lingkungan, mengapresiasi upaya perusahaan dalam menyelamatkan lingkungan.

Sebanyak 5.000 bibit mangrove ditanam, dengan 1.000 pohon untuk penyulaman, serta 8.244 terumbu karang direhabilitasi menggunakan media transplantasi, termasuk ban bekas dari operasional Hengjaya Mineralindo.

Hengjaya Mineralindo berharap gerakan ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain di Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selanjutnya: Harga Pangan Malut : Daging Sapi dan Ikan Bandeng Naik, Kamis (21/11)

Menarik Dibaca: Sistem Face Recognition di Stasiun Kereta Telah Digunakan 5,85 Juta Kali Selama 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli