JAKARTA. Kanal mengembangbiakkan uang tidak hanya pada instrumen-instrumen investasi utama seperti saham, obligasi ataupun properti. Berinvestasi juga bisa dilakukan beriringan dengan aktivitas hobi, sarana kita melepas penat dari rutinitas yang menjemukan. Strategi investasi seperti itulah yang dilakukan oleh Hengky Setiawan, pendiri sekaligus Komisaris Utama PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. Pria kelahiran 7 Juli 1969 ini lebih memilih berinvestasi pada mobil tua buatan Jerman, Mercedes Benz (Mercy) klasik. Cikal-bakal investasi sekaligus kegandrungan Hengky pada Mercy klasik sebenarnya belum terlalu lama. Hengky baru membeli Mercy klasik pertamanya pada tahun 2006. "Itu Mercy kebo tahun 1969 harganya hanya Rp 40 juta," kata ayah empat orang putra ini.
Awalnya, Hengky merasa tertipu saat membeli Mercy "kebo" tersebut. Soalnya, hampir seluruh elemen Mercy yang Hengky beli ternyata harus diganti. Walhasil, Hengky harus rela merogoh kocek hingga sekitar Rp 100 juta untuk merestorasi Mercy yang ia beli itu. Dari situ, justru kecintaan Hengky pada Mercy klasik semakin tumbuh. Hengky kemudian terus berburu dan mencari Mercy klasik yang sudah rusak untuk kemudian ia perbaiki. Saat ini, jumlah Mercy klasik yang tersimpan di garasi pribadi Hengky, sudah mencapai 10 unit. Kecintaan Hengky pada Mercy klasik bukan tanpa alasan. Tidak seperti mobil biasa, nilai jual Mercy klasik ternyata semakin tinggi. Hengky mencontohkan, Mercy "kebo" yang pertama ia beli seharga Rp 40 juta, kini sudah ada yang menawar hingga Rp 200 juta. Pun, Mercy klasik koleksinya yang lain yaitu Mercy SL juga melambung dari harga beli sekitar Rp 300 juta, sudah ada yang menawar sampai Rp 2 miliar. "Mercy itu barang antik, semakin tua nilainya semakin mahal," ungkap Hengky. Kendati demikian, bagi yang ingin menjajal investasi seperti ini, Hengky mengingatkan, perlu dana, waktu dan energi ekstra. Hengky bilang, untuk merestorasi satu Mercy klasik bisa memakan waktu 2-3 tahun. Maklum, mencari suku cadang maupun elemen Mercy klasik tidak semudah membalik telapak tangan. Hengky sering blusukan ke pedagang-pedagang barang bekas di berbagai daerah. Dia juga sering berkelana ke Jerman demi berburu elemen mobil yang ia butuhkan. Begitu lamanya proses restorasi Mercy klasik itu membuat Hengky tidak ingin terburu-buru mengeksekusi keuntungan dari investasinya itu. Hengky mengaku, belum berniat menjual seluruh koleksinya dalam waktu dekat. Investasi valas Selain mobil klasik, Hengky juga berinvestasi di valuta asing yaitu dolar Amerika Serikat (AS). Investasi ini dikhususkan untuk mempersiapkan dana pendidikan keempat putranya. Dia bersama istrinya biasanya menabung Rp 1 juta per bulan untuk setiap anaknya. Tabungan itu dimulai sejak si anak lahir dan dilakukan dalam satu tahun.
Setelah satu tahun, Hengky baru menukarkan tabungan setiap anaknya ke dalam dollar AS. "Kalau pukul rata Rp 10.000 itu dapat US$ 1, kita berarti dapat US$ 1.200 dari hasil menabung setahun," jelas Hengky. Dia bersama istrinya tentu tidak hanya mengandalkan tabungan setahun itu. Hengky juga terus menambah tabungan pendidikan setiap anak jika memang ada rezeki berlebih. Berinvestasi seperti ini diakui Hengky sudah memberikan hasil yang signifikan. "Tabungan anak pertama, misalnya, nilainya sudah berkali lipat lebih tinggi, karena dulu beli dollar AS masih murah," kata Hengky. Investasi dolar itu bakal dicairkan jika si anak akan masuk ke jenjang perguruan tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini