KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada hari Rabu (30/11) dunia kehilangan salah satu tokoh diplomat paling berpengaruh dengan wafatnya Henry Kissinger di rumahnya di Connecticut. Seorang penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri Amerika Serikat (AS) di bawah dua presiden, Kissinger meninggalkan warisan tak terlupakan dalam kebijakan luar negeri AS dan meraih Hadiah Nobel Perdamaian yang kontroversial. Pernyataan dari perusahaan konsultan geopolitiknya, Kissinger Associates Inc., mengonfirmasi kematian Kissinger tanpa memberikan rincian mengenai penyebabnya. Upacara pemakaman pribadi akan diadakan, diikuti oleh upacara peringatan publik di New York City.
Baca Juga: Xi Jinping Sebut Henry Kissinger Sebagai Teman Lama Saat Bertemu di Beijing Meskipun telah mencapai usia senja, Kissinger tetap aktif dengan menghadiri pertemuan di Gedung Putih, menerbitkan buku tentang gaya kepemimpinan, dan memberikan kesaksian di depan komite Senat, terakhir kali berkaitan dengan ancaman nuklir dari Korea Utara. Pada Juli 2023, Kissinger mengunjungi Beijing untuk pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping. Selama tahun 1970-an, di masa Perang Dingin, Kissinger memainkan peran sentral sebagai penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri di bawah Presiden Richard Nixon. Saat itu, ia berhasil membuka hubungan diplomatik dengan China, melakukan perundingan krusial mengenai pengendalian senjata AS-Soviet, serta memfasilitasi perluasan hubungan antara Israel dan negara-negara tetangga Arabnya, dan penandatanganan Perjanjian Damai Paris dengan Vietnam Utara. Namun, pengaruh Kissinger meredup seiring pengunduran diri Nixon pada tahun 1974 akibat skandal Watergate. Meski demikian, ia terus menjadi kekuatan diplomatik sebagai menteri luar negeri di bawah Presiden Gerald Ford, memberikan pandangan tajam hingga akhir hidupnya.
Baca Juga: AS bersiap melepas cadangan minyak darurat setelah serangan Saudi Pujian terhadap Kissinger datang dari sejumlah pihak, yang menghargai kecerdasan dan pengalamannya. Namun, ada juga kritik terhadapnya, terutama terkait dukungannya terhadap kediktatoran anti-komunis di Amerika Latin. Pada tahun-tahun terakhirnya, upaya negara-negara tertentu untuk menangkap atau mempertanyakan kebijakan luar negeri AS di masa lalu membatasi perjalanan internasionalnya. Salah satu momen kontroversial dalam karirnya adalah penganugerahan Penghargaan Perdamaiana atau Nobel pada tahun 1973, yang diberikan atas upayanya mengakhiri keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam. Namun, keputusan tersebut menuai kontroversi karena pemboman rahasia AS di Kamboja, menyebabkan dua anggota komite Nobel mengundurkan diri. Diplomat Vietnam Utara Le Duc Tho terpilih bersama, namun menolak penghargaan tersebut.
Baca Juga: Kejatuhan Qin Gang yang Bikin Muka China Merah Padam Meskipun Ford menggambarkan Kissinger sebagai "menteri luar negeri yang super," ia juga mencatat sifat keras kepala dan kepercayaan diri yang beberapa kritikus gambarkan sebagai paranoia dan egoisme. Ford bahkan mengatakan, "Henry dalam pikirannya tidak pernah melakukan kesalahan." Dengan ekspresi serius dan suara beraksen Jerman, Kissinger dikenal sebagai seorang akademisi yang introspektif dan lelaki wanita, menjelajah di sekitar Washington dan New York di masa lajangnya. Dia pernah mengakui bahwa kekuasaan adalah afrodisiak terbesarnya, dan meskipun kebijakannya dipuji, sisi pribadinya tetap disimpan rapat.
Editor: Noverius Laoli