KONTAN.CO.ID - Kendati ada penegasan dari pemerintah bahwa Indonesia tidak akan mengarah pada apa yang disebut dengan herd immunity Covid-19, wacana tentang hal tersebut semakin marak. Euronews mengatakan, herd immunity merupakan konsep epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi, jika persentase tertentu dari populasi telah memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Herd immunity memang merupakan istilah di bidang kesehatan. Namun, tak ada salahnya jika meminjam istilah ini untuk membicarakan kondisi UMKM kita yang juga tengah sakit akibat pandemi Covid-19, sebagaimana kondisi UMKM di berbagai negara lain. Mari kita lihat data. Dalam sebuah seminar internasional daring pada 8 Mei 2020 lalu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, ada 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku UMKM yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Omzet penjualan yang terjun bebas akibat daya beli yang merosot, distribusi barang dan jasa yang seret akibat penerapan physical distancing serta PSBB, hingga modal yang hilang akibat durasi waktu paceklik yang semakin lama, menjadi penyebab utamanya. Jumlah UMKM terdampak sebagaimana Menteri Teten sampaikan tentu masih sangat mungkin bertambah, mengingat tulisan ini dibuat di pengujung Mei 2020. Akan lebih mengkhawatirkan, jika penambahan UMKM terdampak mengikuti mekanisme deret ukur, bukan deret hitung. Artinya, jumlah UMKM yang terdampak akan tumbuh berlipat ganda dibandingkan dengan waktu sebelumnya dalam durasi waktu yang singkat. Dan ini sangat mungkin terjadi, mengingat tidak ada UMKM yang berdiri sendiri dari hulu ke hilir, namun berada pada rangkaian global supply chain yang saling memengaruhi.
Herd Immunity UMKM Indonesia
KONTAN.CO.ID - Kendati ada penegasan dari pemerintah bahwa Indonesia tidak akan mengarah pada apa yang disebut dengan herd immunity Covid-19, wacana tentang hal tersebut semakin marak. Euronews mengatakan, herd immunity merupakan konsep epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi, jika persentase tertentu dari populasi telah memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Herd immunity memang merupakan istilah di bidang kesehatan. Namun, tak ada salahnya jika meminjam istilah ini untuk membicarakan kondisi UMKM kita yang juga tengah sakit akibat pandemi Covid-19, sebagaimana kondisi UMKM di berbagai negara lain. Mari kita lihat data. Dalam sebuah seminar internasional daring pada 8 Mei 2020 lalu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, ada 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku UMKM yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Omzet penjualan yang terjun bebas akibat daya beli yang merosot, distribusi barang dan jasa yang seret akibat penerapan physical distancing serta PSBB, hingga modal yang hilang akibat durasi waktu paceklik yang semakin lama, menjadi penyebab utamanya. Jumlah UMKM terdampak sebagaimana Menteri Teten sampaikan tentu masih sangat mungkin bertambah, mengingat tulisan ini dibuat di pengujung Mei 2020. Akan lebih mengkhawatirkan, jika penambahan UMKM terdampak mengikuti mekanisme deret ukur, bukan deret hitung. Artinya, jumlah UMKM yang terdampak akan tumbuh berlipat ganda dibandingkan dengan waktu sebelumnya dalam durasi waktu yang singkat. Dan ini sangat mungkin terjadi, mengingat tidak ada UMKM yang berdiri sendiri dari hulu ke hilir, namun berada pada rangkaian global supply chain yang saling memengaruhi.