Banyak orang sukses lahir berkat ketidakberdayaan pada masa lalu. Heri Cahyono, salah satunya. Jalan hidupnya yang keras, justru, menjadi cambuk untuk menguatkan tekad dan semangat meraih sukses. Heri kecil yang biasa membantu orangtuanya dengan mencari kayu bakar, kemiri dan hasil hutan lainnya ini, telah menjelma menjadi pengusaha bengkel sukses dengan omzet miliaran rupiah per bulan. Berhasil lulus dari STM Negeri Malang jurusan mesin, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Heri. Maklum, dengan kondisi yang serba terbatas, Heri sadar akan besarnya pengorbanan kedua orang tua untuk membiayai sekolah. Meski kemudian dia pun harus mengubur mimpinya untuk bisa kuliah. Tak mau lagi bergantung pada orang tua, Heri berniat segera kerja. Namun, pekerjaan tidak langsung menghampirinya. Heri pun lantas menjadi tukang ojek di Malang. Selanjutnya, pekerjaan mengelas yang ia pilih, sesuai dengan pendidikannya.Saat menjadi tukang las itu, sekolahnya memberi informasi program beasiswa dari Vocational Education Development Center (VEDC), sebuah lembaga pendidikan kerjasama antara Indonesia dan Swiss untuk berbagai disiplin ilmu, termasuk otomotif. Heri melamar untuk bidang spooring dan balancing, serta berhasil lolos. “Saya mengalahkan kandidat dari seluruh Indonesia,” kenang dia.Selesai masa pendidikan dan magang, VEDC menyalurkan Heri bekerja di bengkel di Jakarta. Selama lima tahun, dari 1995 hingga 2000, dia menekuni pekerjaan tersebut, hingga menduduki posisi tertinggi sebagai kepala bengkel.Selama bekerja, tak lupa, Heri menyisihkan penghasilan untuk mewujudkan mimpi melanjutkan sekolahnya. Lantas, pria kelahiran Malang ini mengambil diploma tiga (D3) manajemen bisnis di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan. Setelah merasa punya cukup pengalaman di bidang spooring dan balancing, tebersit keinginan Heri untuk berwirausaha. Dia menggandeng dua orang temannya untuk mengumpulkan modal. “Masing-masing setor Rp 5 juta, hingga terkumpul Rp 15 juta,” ujar dia.Dengan modal itu, Heri membeli mesin spooring dan balancing. Gerai pertamanya yang menumpang di toko ban mobil milik kenalannya, dibuka di Cirendeu, Ciputat, pada 2000. “Kami bekerjasama dengan sistem bagi hasil dengan pemilik toko,” terang Heri.Namun, merintis usaha sendiri, ternyata, tidak semudah bayangan Heri. Selama tiga bulan pertama, tak ada keuntungan sama sekali. “Saya seperti puasa. Jika ada pemasukan, hanya cukup untuk menggaji satu karyawan,” kenang pria yang kini berusia 39 tahun ini.Dari situ, dia terus menggali ide untuk meningkatkan usahanya. Lantas, dia berpikir untuk menawarkan jasa spooring dan balancing ke bengkel-bengkel lain. Berkat layanan yang memuaskan, jasa bengkel Heri menyebar dari mulut ke mulut. Masuk bengkel resmiSetelah namanya cukup terkenal, Heri pun memberanikan diri menawarkan jasa spooring dan balancing ini ke bengkel-bengkel resmi milik agen tunggal pemegang merek (ATPM) dan diler. “Waktu itu, mereka belum fokus memberikan layanan spooring dan balancing, karena selalu dialihkan ke pihak ketiga,” terang dia.Kembali, bapak dua anak ini berkeliling menawarkan jasanya ke bengkel resmi ATPM itu. Akhirnya, satu per satu bengkel ATPM pun memakai jasa Heri. Hingga kini, bengkel ATPM dan diler yang terikat bekerja sama dengan PT Heriromadiali, nama perusahaan Heri cs, adalah Auto 2000, Astra Daihatsu, Nasmoco, Tunas Group, Nissan, Honda Mobil, Astra Isuzu, Plaza Toyota, Hyundai, dan lainnya. Total jenderal, Heri, saat ini, memiliki 140 gerai bengkel spooring dan balancing, yang tersebar hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia.Tak berhenti di situ, untuk membuat kantongnya makin tebal, Heri juga membuat bengkel-bengkel umum sejak 2006. Kini, ada enam bengkel umum yang merupakan milik Heriromadiali. Sampai saat ini, Heri masih menjalin kerja sama dengan kedua orang temannya. Kemudian, dia juga membuka sebuah bengkel milik sendiri, termasuk dua buah bengkel spesialis AC. Selain itu, karena memandang bengkel ini sebagai bisnis yang berisiko tinggi, Heri juga membangun sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Malang. “Jumlah karyawan saya sudah mencapai 450 orang, sehingga saya harus berpikir untuk mencari usaha yang berisiko rendah, sebagai penyeimbang,” tutur dia. Kini, dengan bisnis bengkel spooring dan balancing ini, saban bulan, Heri bisa mengantongi omzet hingga Rp 4,5 miliar. Ke depan, dia sedang mempersiapkan rancangan autopilot untuk semua usaha-usahanya. “Saya ingin, semua usaha ini bisa bertahan hingga puluhan tahun,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Heri Cahyono kini sukses berbisnis bengkel
Banyak orang sukses lahir berkat ketidakberdayaan pada masa lalu. Heri Cahyono, salah satunya. Jalan hidupnya yang keras, justru, menjadi cambuk untuk menguatkan tekad dan semangat meraih sukses. Heri kecil yang biasa membantu orangtuanya dengan mencari kayu bakar, kemiri dan hasil hutan lainnya ini, telah menjelma menjadi pengusaha bengkel sukses dengan omzet miliaran rupiah per bulan. Berhasil lulus dari STM Negeri Malang jurusan mesin, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Heri. Maklum, dengan kondisi yang serba terbatas, Heri sadar akan besarnya pengorbanan kedua orang tua untuk membiayai sekolah. Meski kemudian dia pun harus mengubur mimpinya untuk bisa kuliah. Tak mau lagi bergantung pada orang tua, Heri berniat segera kerja. Namun, pekerjaan tidak langsung menghampirinya. Heri pun lantas menjadi tukang ojek di Malang. Selanjutnya, pekerjaan mengelas yang ia pilih, sesuai dengan pendidikannya.Saat menjadi tukang las itu, sekolahnya memberi informasi program beasiswa dari Vocational Education Development Center (VEDC), sebuah lembaga pendidikan kerjasama antara Indonesia dan Swiss untuk berbagai disiplin ilmu, termasuk otomotif. Heri melamar untuk bidang spooring dan balancing, serta berhasil lolos. “Saya mengalahkan kandidat dari seluruh Indonesia,” kenang dia.Selesai masa pendidikan dan magang, VEDC menyalurkan Heri bekerja di bengkel di Jakarta. Selama lima tahun, dari 1995 hingga 2000, dia menekuni pekerjaan tersebut, hingga menduduki posisi tertinggi sebagai kepala bengkel.Selama bekerja, tak lupa, Heri menyisihkan penghasilan untuk mewujudkan mimpi melanjutkan sekolahnya. Lantas, pria kelahiran Malang ini mengambil diploma tiga (D3) manajemen bisnis di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan. Setelah merasa punya cukup pengalaman di bidang spooring dan balancing, tebersit keinginan Heri untuk berwirausaha. Dia menggandeng dua orang temannya untuk mengumpulkan modal. “Masing-masing setor Rp 5 juta, hingga terkumpul Rp 15 juta,” ujar dia.Dengan modal itu, Heri membeli mesin spooring dan balancing. Gerai pertamanya yang menumpang di toko ban mobil milik kenalannya, dibuka di Cirendeu, Ciputat, pada 2000. “Kami bekerjasama dengan sistem bagi hasil dengan pemilik toko,” terang Heri.Namun, merintis usaha sendiri, ternyata, tidak semudah bayangan Heri. Selama tiga bulan pertama, tak ada keuntungan sama sekali. “Saya seperti puasa. Jika ada pemasukan, hanya cukup untuk menggaji satu karyawan,” kenang pria yang kini berusia 39 tahun ini.Dari situ, dia terus menggali ide untuk meningkatkan usahanya. Lantas, dia berpikir untuk menawarkan jasa spooring dan balancing ke bengkel-bengkel lain. Berkat layanan yang memuaskan, jasa bengkel Heri menyebar dari mulut ke mulut. Masuk bengkel resmiSetelah namanya cukup terkenal, Heri pun memberanikan diri menawarkan jasa spooring dan balancing ini ke bengkel-bengkel resmi milik agen tunggal pemegang merek (ATPM) dan diler. “Waktu itu, mereka belum fokus memberikan layanan spooring dan balancing, karena selalu dialihkan ke pihak ketiga,” terang dia.Kembali, bapak dua anak ini berkeliling menawarkan jasanya ke bengkel resmi ATPM itu. Akhirnya, satu per satu bengkel ATPM pun memakai jasa Heri. Hingga kini, bengkel ATPM dan diler yang terikat bekerja sama dengan PT Heriromadiali, nama perusahaan Heri cs, adalah Auto 2000, Astra Daihatsu, Nasmoco, Tunas Group, Nissan, Honda Mobil, Astra Isuzu, Plaza Toyota, Hyundai, dan lainnya. Total jenderal, Heri, saat ini, memiliki 140 gerai bengkel spooring dan balancing, yang tersebar hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia.Tak berhenti di situ, untuk membuat kantongnya makin tebal, Heri juga membuat bengkel-bengkel umum sejak 2006. Kini, ada enam bengkel umum yang merupakan milik Heriromadiali. Sampai saat ini, Heri masih menjalin kerja sama dengan kedua orang temannya. Kemudian, dia juga membuka sebuah bengkel milik sendiri, termasuk dua buah bengkel spesialis AC. Selain itu, karena memandang bengkel ini sebagai bisnis yang berisiko tinggi, Heri juga membangun sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Malang. “Jumlah karyawan saya sudah mencapai 450 orang, sehingga saya harus berpikir untuk mencari usaha yang berisiko rendah, sebagai penyeimbang,” tutur dia. Kini, dengan bisnis bengkel spooring dan balancing ini, saban bulan, Heri bisa mengantongi omzet hingga Rp 4,5 miliar. Ke depan, dia sedang mempersiapkan rancangan autopilot untuk semua usaha-usahanya. “Saya ingin, semua usaha ini bisa bertahan hingga puluhan tahun,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News