KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengalami kerugian pada bisnis makanan, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) terpaksa harus menutup sebanyak 26 gerainya baik yang terdiri dari gerai Giant dan Hero serta harus memangkas sebanyak 523 karyawan. Tony Mampuk, GM Corporate Affairs PT Hero Supermarket Tbk mengatakan per September 2018 penjualan bisnis makanan turun 6% ketimbang tahun sebelumnya. "Akibatnya kami mengalami kerugian operasional sebesar Rp 163 miliiar dan angka ini jauh lebih buruk ketimbang kerugian ditahun sebelumnya," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (14/1). Menurut Tonny, secara konsolidasi perusahaan memang masih mendapatkan keuntungan jika digabungkan dengan bisnis non makanan yakni Guardian dan IKEA namun secara fundamental bisnis makanan merugi dan cukup memberi imbas yang cukup besar pada kinerja keuangan. "Oleh karena itu, mau tidak mau harus dilakukan efisiensi salah satunya mengurangi beban operasional terhadap toko-toko yang merugi," tuturnya. Jika hal ini tidak dilakukan, lanjut Tonny maka beban operasional akan semakin tinggi dan kerugian akan semakin besar. "Jika hal tersebut terjadi maka pada akhirnya akan lebih banyak lagi karyawan yang mungkin akan merasakan dampaknya," ujarnya. Untuk ke depannya, kata Tonny kemungkinan akan lebih fokus pada bisnis non makanan namun tetap akan mengedepankan bisnis makanan. "Terkait gerai yang ditutup untuk gedung yang kita sewa akan dikembalikan ke pemiliknya namun yang milik sendiri masih dalam pembahasan secara internal," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Hero Supermarket tutup 26 gerai karena rugi Rp 163 miliar tahun 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengalami kerugian pada bisnis makanan, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) terpaksa harus menutup sebanyak 26 gerainya baik yang terdiri dari gerai Giant dan Hero serta harus memangkas sebanyak 523 karyawan. Tony Mampuk, GM Corporate Affairs PT Hero Supermarket Tbk mengatakan per September 2018 penjualan bisnis makanan turun 6% ketimbang tahun sebelumnya. "Akibatnya kami mengalami kerugian operasional sebesar Rp 163 miliiar dan angka ini jauh lebih buruk ketimbang kerugian ditahun sebelumnya," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (14/1). Menurut Tonny, secara konsolidasi perusahaan memang masih mendapatkan keuntungan jika digabungkan dengan bisnis non makanan yakni Guardian dan IKEA namun secara fundamental bisnis makanan merugi dan cukup memberi imbas yang cukup besar pada kinerja keuangan. "Oleh karena itu, mau tidak mau harus dilakukan efisiensi salah satunya mengurangi beban operasional terhadap toko-toko yang merugi," tuturnya. Jika hal ini tidak dilakukan, lanjut Tonny maka beban operasional akan semakin tinggi dan kerugian akan semakin besar. "Jika hal tersebut terjadi maka pada akhirnya akan lebih banyak lagi karyawan yang mungkin akan merasakan dampaknya," ujarnya. Untuk ke depannya, kata Tonny kemungkinan akan lebih fokus pada bisnis non makanan namun tetap akan mengedepankan bisnis makanan. "Terkait gerai yang ditutup untuk gedung yang kita sewa akan dikembalikan ke pemiliknya namun yang milik sendiri masih dalam pembahasan secara internal," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News