Hikmah dari jasa mengurus jenazah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir semua bisnis yang dibangun karena hobi ataupun mengikuti tren yang sedang berkembang. Namun, berbeda dengan yang satu ini, Surya Tirta Kencana (Sutike) Funeral Care. Nur Oktaviaonita Salassa melihat hikmah sekaligus peluang setelah seringkali membantu kerabatnya saat sedang berduka.  

Nur yang punya ketertarikan akan dunia forensik. Ia seringkali memberi bantuan kerabat yang membutuhkan jasa dokumentasi hasil otopsi jenazah. Hal itu ia lakukan sejak sekolah.

Lantaran kedekatannya dengan berbagai kegiatan mengurus jenazah, suatu kali, seorang kerabatnya juga meminta bantuan Nur untuk mengirimkan jenazah anggota keluarganya. "Waktu itu, tahun 2016, keluarga saya mendapat tugas untuk mengirim jenazah ke luar negeri. Kerabat saya menjadi korban tragedi kapal tenggelam yang sempat ramai di media," cerita Nur kepada KONTAN, Minggu (5/8).


Dari situ, Nur mengetahui, betapa mahalnya pengiriman jenazah dengan menggunakan kargo udara. Asal tahu saja, biaya pengiriman jenazah menggunakan kargo udara berkisar Rp 200 juta. Dia berniat untuk membantu orang-orang yang ingin membawa pulang jenazah saudaranya, dengan harga yang lebih terjangkau.  

Lantas, dia mendirikan Sutike Funeral Care. Tak hanya urusan dokumentasi atau pengiriman jenazah, Sutike memberi pelayanan kepengurusan jenazah secara menyeluruh. Mulai dari rumah duka, pemilihan peti, pengiriman hingga ke tempat peristirahatan terakhir.

Nur  meyakini, dengan membantu keluarga yang berduka dalam mengurus berbagai kebutuhan kedukaan dapat meringankan biaya pelanggan tersebut. "Bisa membantu keluarga yang ingin memulangkan jenazah ke tempat asalnya itu tujuan kami dalam bisnis ini," sebutnya lagi.

Dalam mengembangkan bisnisnya ini, Nur dibantu sang ayah sebagai teknisi dan temannya, Adam. Selain itu, dirinya pun sudah memiliki 15 rekanan dalam layanan pemakaman. Rekanan tersebut terdiri dari kargo, rumah duka dan lainnya.

Layanan terus meluas

Bagi pelanggan yang menggunakan layanan Sutike, Nur menyebutkan cukup mengunjungi akun Instagram Sutike. Lalu, konsumen dapat menghubungi kontak yang tersedia.

Ada berbagai pilihan, mulai dari rumah duka, peti, kargo dan tempat pemakaman yang diinginkan oleh keluarga.  Harga yang dibanderol untuk pelanggan domestik berkisar Rp 11 juta sampai Rp 15 juta tergantung daerahnya. Sementara tarif mancanegara dipatok Rp 77 juta sampai dengan Rp 150 juta tergantung tujuan negaranya. Kini, omzet yang diperoleh tiap bulan berkisar Rp 100 juta sampai Rp 200 juta.

Awalnya, Nur hanya memakai modal sendiri untuk membangun bisnisnya. Ia merogoh tabungannya sebesar Rp 50 juta. "Tapi, habis, lalu saya pinjam ke bank sekitar Rp 500 juta untuk membeli beberapa keperluan untuk aset," jelasnya.

Aktif memasarkan bisnis melalui sosial media seperti Facebook, Instagram dan blog, Sutike pun pernah mendapat tawaran pendanaan. Sayangnya, tawaran tersebut ditolak karena aturan kerjasama yang tidak sepaham dengan Nur.

Hingga tahun ini, dia juga tidak ada target untuk memperoleh pendanaan dari investor. "Karena masih ingin membangun dan mengembangkan bisnis sendiri dulu. Jadi belum ada tujuan utama pendanaan dulu," ungkap Nur yang menjadi salah satu pengusaha rintisan yang berada dibawah Skystar Venture.

Lantaran melihat bisnis yang berbeda, Nur pun yakin bahwa Sutike mampu berkembang seperti bisnis startup lainnya. Pasalnya, belum ada usaha sejenis yang bersaing dengan Sutike.

Buktinya, hampir setiap minggu ada saja pelanggan yang menghubungi Sutike. "Sebenarnya kami tidak berharap mendengar kabar duka. Tetapi, hidup atau mati seseorang di tangan Tuhan. Jadi, kami hanya sekedar membantu sembari menjalankan bisnis," tandasnya.

Hanya saja, agar bisnis terus berjalan, semaksimal mungkin, Sutike terus memberi pelayanan yang baik bagi konsumennya. Bahkan selalu memberi pemahaman dan arahan kepada konsumen akan pesanan pelayanannya.

Meski terus berkembang, Nur bilang bahwa dalam menjalankan bisnis, ia masih terkendala hal kecil. Seperti keinginan keluarga yang melakukan pemakaman pada hari-hari tertentu, tetapi terkadang harga yang dipatok  oleh rumah duka atau kargo mahal.

Atau ada juga selisih paham soal jumlah keluarga yang ikut sehingga terkadang ada penundaan  keberangkatan. "Tetapi hal itu masih bisa diatasi dengan memberi pemahaman ke keluarga dan itu hari tertentu saja kok," jelas Nur lagi.

Jangkauan layanan Sutike pun terus meluas ke berbagai kota di Indonesia, bahkan hingga luar negeri. Ambil contoh, pengiriman  dari Medan, Yogyakarta, Palembang, Sorong, Kupang, Semarang, Nigeria, Turki, Iran, Seoul, dan lainnya.

Setiap pemesan pun memiliki karakter berbeda dan pemahaman pemakaman yang berbeda. Nur menjelaskan bahwa pemesan domestik hampir setiap bulan selalu ada, sementara mancanegara biasanya rentang bulan Mei sampai Agustus ramai.

Tahun ini, Nur menargetkan untuk membangun gudang produksi peti mati. Sebab, selama ini kebutuhan  peti mati masih dipasok oleh distributor peti mati di Tangerang. "Untuk itu, kami  mau mencoba dan sedang mencari lahan untuk membuat gudang di Tangerang," terang Nur.            n

Sebaiknya pemain juga buka gerai fisik

Bisnis rintisan Sutike Funeral Care yang didirikan oleh Nur Oktavionita Salassa bisa dibilang unik. Dia menggabungkan berbagai layanan dalam kepengurusan jenazah sehingga bisa meringankan beban bagi keluarga yang berduka, dengan memasarkannya secara online.  

Menurut Daniel Saputro, Pengamat Startup, adalah suatu kewajaran bila pelaku bisnis membangun startup dengan kreasi dan keunikan tertentu. Hanya saja, harus ada rancangan untuk pengembangan bisnis itu sendiri. Seperti Sutike, yang umumnya memiliki saingan cukup banyak di tanah air. "Sebenarnya pemain di bisnis ini sudah banyak. Tetapi karena dipasarkan lewat online, ini jadi cukup unik dan berbeda," sebut Daniel.

Namun, untuk maju dan berkembang, Daniel ragu dan tidak yakin. Pasalnya, agar Sutike berkembang, apakah kuantitas bisnis cukup besar di tanah air? Dan masyarakat khususnya pemesan tahu keberadaan Sutike? Daniel mengaku masih ragu dengan bisnis ini.

Hanya saja, Daniel menyarankan bahwa pelaku startup ini untuk terus mencobanya.  Sembari mempromosikan lewat sosial media, komunitas dan membuka gerai sendiri. Seperti Tabita, Rumah Duka Jelambar, dan lainnya.  "Mereka harus lihat dan posisikan bisnisnya. Kalau promosi di sosial media, lihat target p'asar dahulu. Belum tentu generasi non milenial tahu. Dan apakah generasi milenial akan memilih pelayanan jasa bisnis ini. Toh keputusan di tangan orang tua," pungkasnya.

Jadi, menurut Daniel, akan lebih baik bagi pelaku bisnis membuka bisnis secara offline atau mendatangi rumah duka di Tanah Air untuk promosi. "Bisnis ini tak main-main dan bukan coba-coba. Kalau hasilnya tidak baik, apakah bisa dikembalikan jenazahnya? Ya tidak kan," tandasnya.                     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon